Jumat, 13 Desember 2013

RESUME

Cara Membuat Ringkasan yang Baik

Ringkasan merupakan sekumpulan berbagai informasi untuk mempermudah pemahaman. Ringkasan memiliki banyak pengertian, diantaranya ringkasan (Precis yang berarti memotong atau memangkas) adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk singkat. 

Sedangkan menurut Asmi (2004), Ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli, sedangkan perbandingan bagian atau bab dari karangan asli secara proposional tetap dipertahankan dalam bentuknya yang singkat.

Ringkasan berasal dari bentuk dasar “ringkas” yang berarti singkat, pendek daribentuk yang panjang. Hal ini dipakai untuk mengatakan suatu bentuk karangan panjang yangdihadirkan dalam jumlah singkat. Suatu ringkasan disajikan dalam bentuk yang lebih pendek dari tulisan aslinya dengan berpedoman pada keutuhan topik dan gagasan yang ada di dalamtulisan aslinya yang panjang itu.

Bagi anda yang sudah terbiasa membuat ringkasan / rangkuman, mungkin kaidah yang berlaku dalam menulis ringkasan telah tertanam dalam benaknya. Meskipun demikian, tentu perlu diberikan beberapa patokan sebagai pegangan dalam menyusun ringkasan.

Beberapa pegangan yang digunakan untuk membuat ringkasan dan rangkuman(ikhtisar) yang baik dan benar antara lain:

1)  Bacalah bahan pelajaran secara ringkas. Dalam hal ini kita perlu memperoleh gambaran isi materi secara garis besar.
2)     Membaca uraian materi secara cermat. Dalam hal ini dituntut untuk mengetahui dan menemukan gagasan utama pada setiap paragraf.
3)   Berilah tanda dan catatlah kalimat yang mengandung pokok pikiran dan gagasan utama.
4)  Mulailah menyusun ringkasan. Catatan gagasan utama dikembangkan lagi. Keterangan dari gagasan utama tersebut diuraikan dengan kalimat sederhana dan mudah dipahami.
5)     Menyusun ringkasan ke dalam suatu skema. 
Adapun bebrapa hal yang perlu diperhatikan agar rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan dapat ditulis dengan baik, diantaranya:
  1.  Dalam menyusun ringkasan, gunakanlah kalimat tunggal. Jika menggunakan kalimat majemuk akan menunjukkan bahwa ada dua gagasan atau lebih yang bersifat paralel.
  2. Ringkaslah kalimat menjadi frase dan frase menjadi kata. Dan jika rangkaian gagasan yang panjang, hendaknya diganti dengan suatu gagasan sentra.
  3. Besarnya rangkuman (ikhtisar) dan ringkasan tergantung jumlah alinea dan topik utama yang akan dimasukkan dalam ringkasan.
  4.  Jika memungkinkan buanglah semua keterangan atau kata sifat yang ada.
  5. Pertahankan semua gagasan asli dan urutan naskahnya tanpa ada hal yang baru atau pikiran penulis yang dimasukkan kedalam ringkasan dan rangkuman (ikhtisar).
  6. Dalam pengungkapan kembali suatu naskah asli menjadi suatu ringkasan, ubahlah sudut pandangnya, agar ringkasan dapat dibedakan dari yang aslinya.
  7.  Jika suatu ringkasan ditentukan panjangnya, maka penulis harus memperhatikan panjang ringkasan yang diminta/diringkas.


Sumber :

Kamis, 12 Desember 2013

ISIM MAUSHUL

ISIM MAUSHUL [الاسم الموصول]

Mata Kuliah: Bahasa Arab


 Nadhirin    136015245
  
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2013


PENDAHULUAN

Bahasa arab merupakan pelajaran penting bagi mahasiswa yang beragama islam, karena kitab suci Al-qur’an dan al-hadis ditulis dalam bahasa arab. Selain itu, bahasa arab juga sudah termasuk bahasa internasional dan banyak dipelajari oleh para ilmuwan barat untuk mengkaji peradaban islam. Di dalam hadits dikatakan; “Cintailah bahasa Arab karena tiga hal, yaitu bahwa saya (Muhammad) adalah orang Arab, bahwa Al Qur`an adalah bahasa Arab, dan bahasa penghuni surga di dalam surga adalah bahasa Arab.” (HR. Ath-Thabrani)
Bahasa arab juga mempunyai aturan tersendiri dalam penulisannya, dan mempunyai berbagai macam bentuk kata kerja, kata ganti dan kata sifat. Kata kerja dan kata ganti itu terbagi lagi kedalam beberapa macam bentuk, seperti pada kata ganti diketahui kata ganti isyarat (isim al-isyarâh), kata ganti penghubung (al-isim al-maushũl) dan kata ganti penanya (adawat al-istifhâm). Dalam makalah ini saya akan membahas mengenai al-isim al-maushũl [ الاسم الموصول ] atau kata ganti penghubung beserta contoh-contohnya.

PEMBAHASAN

A.     PENGERTIAN
Isim Maushũl (Kata Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk menghubungkan beberapa kalimat atau pokok pikiran menjadi satu kalimat. Maksudnya, bahwa setiap isim ma’rifat itu akan menjadi jelas bila bersambung dengan kalimat sesudahnya, yang dinamakan ShilahShilah(anak kalimat) itu harus memiliki dhamir  yang kembali pada isim maushul, yang dinamakan a’id. Dalam bahasa Indonesia, Kata Sambung semacam ini diwakili oleh kata: "yang". Bentuk asal atau dasar dari Isim Maushũl adalah: الَّذِيْ (yang). Perhatikan contoh penggunaan Isim Maushũl dalam menggabungkan dua kalimat di bawah ini:
Kalimat I  جَاءَ الْمُدَرِّسُ = “datang guru itu”.
Kalimat II  اَلْمُدَرِّسُ يَدْرُسُ الْفِقْهَ = “guru itu mengajar fiqh”.
Kalimat III  جَاءَ الْمُدَرِّسُ الَّذِيْ يَدْرُسُ الْفِقْهَ = “datang guru yang mengajar fiqh”.
Kalimat III menghubungkan Kalimat I dan II dengan Isim Maushũl: الَّذِيْ.

B.     PEMBAGIAN ISIM MAUSHũL
Dalam Bab ini Isim Maushũl terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1.      Isim Maushũl Ismi
Isim Maushũl Ismi adalah Isim Maushũl isim yang selamanya butuh kepada Shilah dan A’id[1].
Contoh : جَاءَ الَذِّي قَامَ اَبُوْهُ = telah datang seseorang yang ayahnya berdiri.
2.      Isim Maushũl Harfi
Isim Maushũl Harfi adalah semua huruf yang dengan shilahnya di ta’wili dengan Masdar[2]. Sedangkan Isim Maushũl Harfi itu ada lima macam:
a)     Huruf  أنْ An dengan dibaca fathah, ini bisa masuk pada fi’il madlifi’il mudlori’, fi’il Amar.
contoh fi’il madli = عجِبْتُ مِنْ اَنْ قَامَ زَيْدٌ “saya heran dari telah berdirinya Zaid”.
contoh fi’il mudlori’عجِبْتُ مِنْ اَنْ يَقُوْمَ زَيْدٌ “saya heran dari berdirinya Zaid”.
contoh fi’il Amar = اَشَرْتُ الَيْهِ بِاَنْ قُمْ “saya memberi isyarat dengan perintah berdiri”
b)    Huruf أَنَّ “Anna”
contoh = أَوَلَمۡ يَكۡفِهِمۡ أَنَّآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡڪِتَـٰبَ يُتۡلَىٰ عَلَيۡهِمۡ‌ۚ إِنَّ فِى ذَٲلِكَ لَرَحۡمَةً۬ وَذِڪۡرَىٰ لِقَوۡمٍ۬ يُؤۡمِنُون
Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab [Al Qur’an] sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam [Al Qur’an] itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.”(Q.S. Al-Ankabũt : 51)[3]
c)      Huruf كَىْ “Kai” hanya bisa masuk pada fi’il mudlori’ saja.
contoh = جِئْتُ لِكَىْ تُكْرِماَ زَيْداً “saya datang supaya kamu  memuliakan atas Zaid”
d)     Huruf مَا “Ma” ada yang berbentuk Masdariyah Dharfiyyah, dan ada yang  Masdariyah Ghairu Dharfiyyah.
Contoh Masdariyah Dharfiyyah = لَااَصْحَبُكَ ماَ دُمْتَ مُنْطَلِقاً “saya tidak bisa menemanimu selama kamu pergi”
Contoh Masdariyah Ghairu Dharfiyyah = عجِبْتُ مِماَ ضَرَبْتَ زَيْداً “saya heran tentang pukulanmu kepada Zaid”
e)     Huruf لَوْ “ Lau” huruf ini bisa masuk pada fi’il Madli dan juga fi’il Mudlori’.
Contoh fi’il Madli وَدِدْتُ لَوْ قاَمَ زَيْدٌ  “saya senang jika Zaid sudah berdiri”
Contoh fi’il Mudlori’ وَدِدْتُ لَوْ يَقُوْمُ زَيْدٌ  “saya senang  jika Zaid berdiri”

C.      BENTUK-BENTUK ISIM MAUSHũL
1)    Bentuk Isim Maushũl Mufrad (tunggal) dan Mutsanna (dual)
مَوْصُولُ الاسْمَاءِ الَّذِي الأُنْثَى الَّتِي ¤ وَالْيَـــــا إذَا مَا ثُنِّيَــــا لاَ تُثْــــــبِتِ
“Adapun Isim Mausũl yaitu الَّذِي (jenis laki; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil) dan untuk jenis (perempuan; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil) yaitu الَّتِي. Jika keduanya ditatsniyah-kan (dual), maka huruf Ya’nya jangan ditetapkan atau dibuang.
Contoh = جَاءَ نِيْ الَذِّي قَامَ “datang kepadaku seorang(laki-laki) yang berdiri”.
Contoh = جَاءَ تْنِيْ الَذِّي قَامَ “datang kepadaku seorang (perempuan) yang berdiri”.
بَلْ مَــا تَلِيْـهِ أَوْلِهِ الْعَلاَمَـــهْ ¤ وَالنُّوْنُ إنْ تُشْدَدْ فَلاَ مَلاَمَهْ
Akan tetapi, terhadap huruf yang tadinya diiringi oleh Ya’ yang dibuang tersebut, sekarang iringilah! dengan (memasang) tanda Alamat I’rob (menjadi: الذان dan التان ketika mahal Rofa’. dan menjadi: الذَيْن dan التَين ketika mahal Nashab dan Jarr). adapun Nun-nya jika ditasydidkan, maka tidak ada celaan untuk itu.
Contoh Mutsanna (dual) mahal Rofa’ جَاءَ  الَلذِّانِ  قَامَ ابُوْهُماَ “ telah datang dua orang yang ayah keduanya berdiri”
Contoh Mutsanna (dual) mahal Nashab =  رَاَيْتُ اللَّذَيْنِ  قَامَ ابُوْهُماَ “saya melihat dua orang yang ayah keduanya berdiri”
Contoh Mutsanna (dual) mahal Jarr = مَرَرْتُ بِللَّتَيْنِ  قَامَ ابُوْهُماَ  “saya bertemu dengan dua orang yang ayah keduanya berdiri”[4]

2)    Bentuk Isim Maushũl Jama’ (Banyak)
جَمْعُ الَّذِي الألَى الَّذِيْنَ مُطْلَقَا ¤ وَبَعْضُهُمْ بِالْوَاوِ رَفْعَاً نَطَقَا
Jamak-nya lafadz الَّذِي (Isim Mausũl tunggal laki-laki) adalah الألَى atau الَّذِيْنَ secara mutlak (baik untuk mahal Rofa’Nashab dan Jarr). Ada sebagian dialek orang Arab berbicara dengan menggunakan Wawu ketika mahal Rofa’ (menjadi: اَلَّذُوْنَ )
بِاللاَّتِ وَاللاَّءِ الَّتِي قَدْ جُمِعَا ¤ وَالَلاَّءِ كَالَّذِيْنَ نَزْرَاً وَقَعَا
Lafadz الَّتِي (Isim Mausũl tunggal perempuan) sungguh dijamakkan dengan menjadi اللاَّتِ atau اللاَّءِ. Ditemukan juga اللاَّءِ dihukumi seperti الَّذِيْنَ (isim Mausũl jamak untuk perempuan) tapi jarang.
Contoh mahal Rofa’ جَاءَ نِيْ الَّذِّيْنَ قاَمُوْا “datang kepadaku mereka yang semuanya berdiri”
Contoh mahal Nashab = رَاَيْتُ الَّذِّيْنَ قاَمُوْا “saya melihat mereka yang semuanya berdiri”
Contoh mahal Jarr = مَرَرْتُ بِالَّذِّيْنَ قاَمُوْا “saya bertemu dengan mereka yang semuanya berdiri”
Contoh mahal Rofa’ بالوو نَحْنُ اللَّذُوْنَ صَبَحُوْا الصَّبَاحَا  يَوْمَ النٌّحَيْلِ غاَرَةً مِلْحَاحَا “kami datang diwaktu pagi-pagi sekali dihari peperangan di tanah Syam karena menggegerkan musuh juga kami sungguh menjelekkannya”.
Contoh = وَٱلَّـٰتِى يَأۡتِينَ ٱلۡفَـٰحِشَةَ مِن نِّسَآٮِٕڪُمۡ “Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji ,..”(Q.S. An-Nisa’: 15)
Contoh وَٱلَّـٰٓـِٔى يَٮِٕسۡنَ مِنَ ٱلۡمَحِيضِ مِن نِّسَآٮِٕكُمۡ  “Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu..” (Q.S. At-Thalaq: 4)

3)    Bentuk Isim Maushũl Mutlaq (Umum)
وَمَنْ وَمَا وَأَلْ تُسَاوِي مَا ذُكِرْ
Adapun Isim Mausũl مَنْ, مَا , dan أَلْ adalah menyamakan hukumnya dengan Isim Mausũl yang telah disebut sebelunnya. (artinya: bisa digunakan untuk Laki-laki, Perempuan, mufradmutsanna, atau Jamak).
Contoh جَاءَ نِيْ مَنْ  قَامَ، وَمَنْ  قَامَتْ،  وَمَنْ  قَامَا،  وَمَنْ  قَامَتَا، وَمَنْ  قَامُوْا، وَمَنْ  قُمْنَ “datang kepadaku seorang (laki-laki) yang berdiri, (perempuan) yang berdiri, (dua orang laki-laki) yang berdiri, (dua orang  perempuan) yang berdiri, mereka (laki-laki) yang berdiri, mereka (perempuan) yang berdiri”[5]

4)    Bentuk Isim Maushũl Dza (ذَا)
وَمِثْلُ مَا ذَا بَعْدَ مَا اسْتِفْهَـامِ ¤ أَوْمَنْ إذَا لَمْ تُلْغَ فِي الْكَلاَمِ
Isim Mausũl ذَا statusnya sama dengan isim Mausũl مَا (dipakai untuk tunggal, dual, jamak, laki-laki dan perempuan), dengan syarat (1) ذَا jatuh sesudah ما Istifham atau من Istifham, (2); ذَا tidak dibatalkan didalam Kalam (maksudnya: ذَا dan ما atau من tersebut, tidak dijadikan satu kata Istifham (kata tanya).
Contoh مَنْ ذاَ جَاءَكَ - مَاذاَ عِنْدَكَ “siapa orang yang datang kepadamu” – “tidak ada orang yang disampingmu”

5)    Bentuk Shilah Isim Maushũl
وَكُلُّهَــا يَلْـزَمُ بَعَــدَهُ صِلَـهْ ¤ عَلَى ضَمِيْرٍ لاَئِقٍ مُشْتَمِلَهْ
Setiap Isim-Isim Mausũl ditetapkan adanya Shilah (jumlah atau kalimat keterangan) setelahnya, yang mencakupi atas Dhamir yang sesuai (ada Dhamir atau ’Aid yang kembali kepada Isim Mausũl)[6].
Contoh =
 جَاءَ نِيْ الَذِّي ضَرَبْتُهُ - والَذِّانِ ضَرَبْتُهُمَا- الَذِّيْنَ ضَرَبْتُهُمْ “datang kepadaku seorang (laki-laki) yang saya pukul, dan (dua) orang yang saya pukul, dan mereka yang saya pukul”
جَائَتِ الَّتِي ضَرَبْتُهَا- والَّتَانِ ضَرَبْتُهُمَا- واللَّاتِي ضَرَبْتُهُنَّ “datang kepadaku seorang (perempuan) yang saya pukul, dan (dua) orang yang saya pukul, dan mereka yang saya pukul”
وَجُمْلَةٌ أوْ شِبْهُهَا الَّذِي وُصِلْ ¤ بِهِ كَمَنْ عِنْدِي الَّذِي ابْنُهُ كُفِلْ
Shilah yang tersambung oleh Isim Mausũl, biasanya terdiri dari Jumlah atau Shibhul Jumlah (serupa jumlah).
Contoh عِنْدَكَ جَاءَ نِيْ الَذِّي “datang kepadaku seorang yang ada disampingmu”
Contoh فِي الدَّرِ جَاءَ نِيْ الَذِّي “datang kepadaku seorang yang didalam rumah”[7]
وَصــفَةٌ صَرِيْحَةٌ صِــلَةُ أَلْ ¤ وَكَوْنُهَا بِمُعْرَبِ الأَفْعَالِ قَلْ
Bentuk Sifat Sharihah (Isim Fai’l atau Isim Maf’ul atau Sifat Musyabbah) merupakan Shilah untuk Isim Mausul ال “Al”, sedangkan Shilah-nya yang berupa Fi’il Mu’rob (Fi’il Mudhori’) jarang adanya.
Contoh isim fa’il جَاءَ نِيْ الضَّارِبٌ “datang kepadaku orang yang memukul”
Contoh isim maf’ul جَاءَ نِيَ المَضْرُوبٌ “datang kepadaku orang yang dimukul”
Contoh sifat musyabbihat جَاءَ نِيْ الحَسَنُ وَجْهُهُ “datang kepadaku orang yang memiliki wajah tampan”[8]

6)    Bentuk Isim Maushũl  Ayyun  (أَيٌّ) dan Shilahnya
أَيُّ كَمَا وَأُعْرِبَتْ مَا لَمْ تُضَفْ ¤ وَصَدْرُ وَصْلِهَا ضَمِيْرٌ انْحَذَفْ
Isim Mausul أيّ “Ayyun” dihukumi seperti Isim Maushũl “Ma” (bisa untuk Mudzakkar, Muannats, Mufrod, Mutsanna juga Jama’) selagi tidak Mudhaf dan Shadar Silah-nya (‘A-id yang menjadi permulaan Shilah) adalah berupa Dhamir yang terbuang.
Contoh يُعْجِبُنِي اَيٌ قَائِمٌ “manakah orang yang berdiri yang telah mengagumkanku”
Contoh يُعْجِبُنِي اَيٌهُمْ هُوَ قَائِمٌ “manakah kaum yang telah mengherankanku yang mana dia orang yang berdiri”[9]
Contoh يُعْجِبُنِي اَيٌ هُوَ قَائِمٌ “manakah orang yang telah mengherankanku yang mana dia orang yang berdiri”

7)      Bentuk Pembuangan Shadar Shilah (‘Aid Majrur)
كَذَاكَ حَذْفُ مَا بِوَصْفٍ خُفِضَا ¤ كَأَنْتَ قَاضٍ بَعْدَ أَمْـرٍ مِنْ قَضَى
Seperti itu juga (banyak digunakan dan jelas) yaitu pembuangan ‘Aid yang dikhofadkan atau dijarkan oleh kata sifat. Seperti lafadz أَنْتَ قَاضٍ ( takdirannya: أَنْتَ قَاضِيْه ) setelah Fi’il Amarnya lafadz قَضَى.
Contoh فَاقْضِ مَا أَنْتَ قَاضٍ “maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan..”(Q.S. Tha-Hâ: 72)
كَذَا الَّذِي جُرَّ بِمَا الْمَوْصُوْلَ جَرْ ¤ كَمُـــرَّ بِــالَّذِي مَرَرْتُ فَهْــوَ بــَــرْ
Demikian juga (sering membuang Aid pada Shilah Maushũl) yaitu Aid yang dijarkan oleh Huruf yang mengejarkan Isim Maushũlnya (dengan ‘Amil yang seragam).
Contoh مُـــرَّ بِــالَّذِي مَرَرْتُ (takdirannya: مُـــرَّ بِــالَّذِي مَرَرْتُ بِهِ) “berjalanlah kamu dengan orang yang mana saya telah bertemu”[10]
Artikel:
تَحَدَّثَ احْمَد معَ عمِّهِ الَذِّي عادَ من الحَجّ
شَاهدتُ الَذِّي يَجْرِي بينَ المَزَارِعْ
من اركانِ الاسلامِ الزكاتُ التي تُجِبُ على القادرينَ
مكَّة من الاَماكِنِ الّتي تزْدَحِمِ بِالحُجَّاج
انظُرْ الى الحُجَّاج الَّذِّيْنَ يطُوْفُوْنَ بالكعبة
تذكرتُ المسلمِينَ الَّذِّيْنَ جَاهدُوا في سبيل الله
انظُرْ الى المسلمَاتِ اللَّاتِي يطُفْنَ بِالكعبة
يُجِبُّ المُدَرِسُ الطَلِبَاتُ اللَّاتِي يَجْتَهِدْنَ في دُرُسِهِنَّ
Artinya:
Ahmad bebincang-bincang dengan pamannya yang pulang dari Hajji.
Saya melihat sungai yang mengalir diantara tumbuh-tumbuhan.
Termasuk rukun islam adalah Zakat yang mana telah diwajibkan bagiorang yang mampu.
Makkah merupakan sebuah tempat yang mana orang-orang yang Hajji saling berdesak-desakan.
Lihatlah pada orang-orang yang berhajji yang mana mereka sedang Thawaf.
Saya ingat pada orang-orang islam yang mana mereka bersungguh-sungguh dijalan Allah.
Saya melihat pada para muslimin (perempuan) yang mana mereka sedang melakukan Thawaf di Ka’bah.
Seorang pengajar (guru) senang kepada para muridnya (perempuan) yang bersungguh-sungguh didalam pelajarannya.

PENUTUP

KESIMPULAN
Isim Maushũl (Kata Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk menghubungkan beberapa kalimat atau pokok pikiran menjadi satu kalimat. Contoh secara umum penggunaan Isim Maushũl seperti di bawah ini:
1.      Bila Isim Maushũl itu dipakai untuk Muannats (perempuan) maka: الَّذِيْ menjadi: الَّتِيْ. contoh =  جَاءَتِ الْمُدَرِّسَةُ الَّتِيْ تَدْرُسُ الْفِقْه = “datang guru (pr) yang mengajar fiqh itu”.
2.      Bila Isim Maushũl itu digunakan untuk Mutsanna (dual) maka: الَّذِيْ menjadi: الَّذَانِ sedangkan الَّتِيْ menjadi: الَّتَانِ contoh = جَاءَ الْمُدَرِّسَانِ الَّذَانِ يَدْرُسَانِ الْفِقْهَ  = “datang dua orang guru (lk) yang mengajar fiqh itu”. contoh =جَاءَتِ الْمُدَرِّسَتَانِ الَّتَان تَدْرُسَانِ الْفِقْهَ  = “datang dua orang guru (pr) yang mengajar fiqh”.
3.      Bila Isim Maushũl itu dipakai untuk Jamak (banyak)maka: الَّذِيْ menjadi: الَّذِيْنَ sedangkan: الَّتِيْ menjadi: اللاَّتِيْ  contoh =  جَاءَ الْمُدَرِّسُوْنَ الَّذِيْنَ يَدْرُسُوْنَ الْفِقْهَ = “datang guru-guru (lk) yang mengajar Fiqh itu”, Dan contoh =  جَاءَتِ الْمُدَرِّسَاتُ اللاَّتِيْ يَدْرُسْنَ الْفِقْهَ = “datang guru-guru (pr) yang mengajar fiqh itu”.
الذي
yang
=
Untuk jenis laki-laki tunggal
التي
yang
=
Untuk perempuan tunggal
اللذان
yang
=
Untuk dua laki-laki
اللتان
yang
=
Untuk dua perempuan
الذين
yang
=
Untuk banyak laki-laki
اللاتي
yang
=
Untuk banyak perempuan
من
yang
=
Khusus untuk yang berakal
ما
yang
=
Khusus untuk yang tidak berakal

Contoh-contoh:
غلبت الذى غلبني
Saya telah menang dari orang yang telah pernah mengalahkanku
سفرت التى كانت عندنا
Telah pergi perempuan yang tinggal bersama kami
احبّ الذين علموني
Aku mencintai orang-orang yang telah mengajari aku
أحسن الى من احسن اليك
Berbuat baiklah kamu kepada orang yang berbuat baik kepadamu
لاتأكل مالا تستطيع هضمه
Janganlah engkau makan sesuatu yang engkau tidak bisa  mengunyahnya

Muannats
  جَاءَتِ الْمُدَرِّسَةُ الَّتِيْ تَدْرُسُ الْفِقْه
datang guru (pr) yang mengajar fiqh itu.
Mutsanna
جَاءَ الْمُدَرِّسَانِ الَّذَانِ يَدْرُسَانِ الْفِقْهَ 
datang dua orang guru (lk) yang mengajar fiqh itu.

جَاءَتِ الْمُدَرِّسَتَانِ الَّتَان تَدْرُسَانِ الْفِقْهَ  
datang dua orang guru (pr) yang mengajar fiqh.
Jamak
جَاءَ الْمُدَرِّسُوْنَ الَّذِيْنَ يَدْرُسُوْنَ الْفِقْهَ
datang guru-guru (lk) yang mengajar fiqh itu.

جَاءَتِ الْمُدَرِّسَاتُ اللاَّتِيْ يَدْرُسْنَ الْفِقْهَ
datang guru-guru (pr) yang mengajar fiqh itu.



DAFTAR PUSTAKA

Husain, Syarafuddin,  Minhatul Malik, Fitarjamati Al-Fiyyah Ibnu Malik Bi Lughah Indonesia Juz I. Karya Toha Putra. Semarang. 1989.
A.P.I. Ma’had. Sulam Tashil: Tarjamati Al-Fiyyah Ibnu Malik, Tegalrejo, Magelang. 1413H.
Taqrirât,  Al-Fiyyah Ibnu Malik, Fi Ilmi An-Nahwu Wa As-Saraf, Lil’alamah Asyaikh Muhammad Bin ‘Abdullah bin Malik Al-Andalusi. Ma’had Al-Islami Lirboyo. Kediri.
Syarah, Ibnu ‘Aqil. Ma’had Islami As-Salafi. Huquq At-Thab’I Mahfudloh.
Hidayat. D. DR. Pelajaran Bahasa Arab; Ta’limu Lughah Al-Arabiyyah, Madrasah Tsanawiyyah. Karya toha Putra. Semarang. 1994.





[1] Ma’had A.P.I. Sulam TashilTerjemah Al-Fiyyah Ibnu Malik Juz I. Hal: 57. Tegalrejo, Magelang. 1413 H.
[2]Syarafuddin Husain, Minhatul Malik : Terjemah Al-Fiyyah Ibnu Malik Juz I. Hal: 75. Karya Toha Putra. Semarang. 1989.
[3] Kitab suci Al-Qur’an, Al-Qur’an & terjemahannya. PT. Kumudasmoro grafindo semarang. Edisi Revisi, 1994.
[4] Ma’had A.P.I. Op Cit. Hal: 58.
[5] Ibid. hal: 60
[6] Taqrirat Mandlumah, Al-Fiyyah Ibnu Malik, Fi Ilmu Nahwu Wa As-Sharaf. Hal: 27.Ma’had Islami Lirboyo. Kediri.
[7] Ma’had Islami As-Salafi. Syarah Ibnu ‘Aqil. Hal: 25. Huququ At-Thaba’ah Mahfudloh.
[8] Ibid. hal: 64
[9] Ma’had A.P.I. Op Cit. Hal: 65-66
[10] Ma’had Islami As-Salafi.Op Cit. Hal: 27.