BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia merupakan ciptaan yang sempurna, unik dan khas dengan berbagai model serta
bentuk yang berbeda-beda. Manusia juga memiliki kemampuan untuk bersikap
kreatif, spontan, penuh perhatian pada orang lain, penuh rasa ingin tahu,
kemampuan untuk berkembang secara terus menerus serta kemampuan untuk mencintai dan dicintai.
Galen, seorang ahli fisiolog Romawi yang hidup di abad ke-2 Masehi, yang
pertama kali memperkenalkan teori empat kepribadian. Ia menyatakan bahwa
kepribadian manusia bisa dibagi menjadi empat kelompok besar: sanguin
(populer), koleris (kuat), melankolis (sempurna), dan phlegmatis (damai). Meski
teori ini tergolong sangat kuno, para psikolog masa sekarang mengakui, teori
kepribadian ini banyak benarnya.
Aktualisasi
diri merupakan keadaan puncak dimana orang telah mencapai keadaan akhir suatu
tujuan jangka panjang, bukan suatu proses yang dinamis. Bukan kehidupan untuk
memiliki melainkan pada kebutuhan untuk menjadi (mencapai
tujuan). Bagaimana mereka mampu
melihat hidup secara jernih, melihat hidup apa adanya, bukan menurut keinginan mereka, tidak bersikap emosional dan obyektif
terhadap hasil pengamatannya.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar
belakang tersebut di atas, dapat kita
ambil masalah-masalah yang mendasar terhadap Teori
Kepribadian, antara lain:
1.
Apa yang disebut Teori
Kepribadian?
2.
Apa saja Fungsi Teori
Kepribadian?
3.
Seperti apakah Dimensi-dimensi
Teori Kepribadian?
4.
Apa saja Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kepribadian?
5.
Seperti apa Anggapan-anggapan
Dasar tentang Manusia?
6.
Bagaimana Klasifikasi Teori
Kepribadian?
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Teori Kepribadian
Teori adalah serangkaian hipotesis atau proposisi tentang suatu atau
sejumlah fenomena yang saling berhubungan. Teori merupakan salah satu unsur
penting dari setiap pengetahuan ilmiah atau ilmu, termasuk psikologi
kepribadian. Tanpa teori kepribadian usaha memahami perilaku dan kepribadian
manusia pasti sulit untuk dilaksanakan. Apakah yang dimaksud dengan teori
kepribadian ?
Freud berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu sistem yang terdiri
dari 3 unsur, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich (dalam bahasa Inggris
dinyatakan dengan the Id, the Ego, dan the Super Ego), yang masing memiliki
asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri. (Awisol, 2005: 17).
Menurut Hall dan Lindzey (Koeswara, 1991: 5), teori kepriadian adalah sekumpulan
anggapan atau konsep-konsep yang satu sama lain berkaitan mengenai tingkah laku
manusia.
B. Fungsi Teori Kepribadian
Sama seperti teori ilmiah pada umumnya yang memiliki fungsi deskriptif dan
prediktif, begitu juga teori kepribdian. Berikut penjelaskan fungsi deskriptif
dan prediktif dari teori kepribadian.
1.
Fungsi
Deskriptif
Fungsi deskriptif (menjelaskan atau menggambarkan) merupakan fungsi teori
kepribadian dalam menjelaskan atau menggambarkan perilaku atau kepribadian
manusia secara rinci, lengkap, dan sistematis. Pertanyaan-pertanyaan apa,
mengapa, dan bagaimana seputar perilaku manusia dijawab melalui fungsi
deskriptif.
2.
Fungsi
Prediktif
Teori kepribadian selain harus bisa menjelaskan tentang apa, mengapa, dan
bagaimana tingkah laku manusia sekarang, juga harus bisa memperkirakan apa,
mengapa, dan bagaimana tingkah laku manusia di kemudian hari. Dengan demikian teori kepribadian harus memiliki fungsi prediktif.
C. Dimensi-dimensi Teori Kepribadian
Setiap teori kepribadian diharapkan mampu memberikan jawab atas pertanyaan
sekitar apa, mengapa, dan bagaimana tentang perilaku manusia. Untuk itu setiap teori kepribadian yang lengkap, menurut Pervin
(Supratiknya, 1995 : 5-6), biasanya memiliki dimensi-dimensi sebagai berikut :
1. Pembahasan tentang struktur, yaitu aspek-aspek kepribadian yang bersifat relatif stabil dan menetap,
serta yang merupakan unsur-unsur pembentuk sosok kepribadian.
2. Pembahasan tentang proses, yaitu
konsep-konsep tentang motivasi untuk menjelaskan dinamika tingkah laku atau
kepribadian.
3. Pembahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan, yaitu aneka perubahan
pada struktur sejak masa bayi sampai mencapai kemasakan, perubahan-perubahan
pada proses yang menyertainya, serta berbagai faktor yang menentukannya.
4. Pembahasan tentang psikopatologi, yaitu hakikat gangguan kepribadian
atau tingkah laku beserta asal-usul atau proses perkembangannya.
5. Pembahasan tentang perubahan tingkah laku, yaitu konsepsi tentang
bagaimana tingkah laku bisa dimodifikasi atau diubah.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Teori Kepribadian
Berkembangya teori-teori kepribadian tidak terlepas dari sejumlah faktor
yang melatar belakangi dan mempengaruhinya, yang secara garis besar dibedakan
menjadi dua, yaitu faktor-faktor historis dan faktor-faktor kontemporer.
Koeswara (1991: 13) mengibaratkan kedua faktor tersebut sebagai faktor
pembawaan dan faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan kepribadian
seseorang.
1.
Faktor-faktor
historis
Secara historis banyak faktor yang mempengaruhi berkembanya teori-teori
kepribadian dan empat diantaranya merupakan faktor yang pengaruhnya sangat
kuat. Keempat faktor yang dimaksud adalah : a. peng-obatan klinis Eropa, b.
psikometrik, c. behaviorisme, dan d. psikologi Gestalt (Koeswara, 1991: 13).
a)
Pengobatan
klinis di Eropa
Upaya pengobatan, sepanjang sejarah selalu dihubungkan dengan konsepsi
tentang kepribadian. Demikian halnya dengan apa yang dilekukan di Eropa pada
abad ke-18 dan ke-19, terutama di Perancis. Atas dasar konsepsi-konsepsi
fisiologis dan aktivitas-aktivitas mental manusia, Philipe Pinel (1745-1926),
seorang dokter dari Perancis, menggambarkan gangguan kepribadian psikosis
sebagai akibat dari kerusakan fungsi otak.
Seorang dokter dari Jerman, Emil Kraeplin (1856-1926), membuat klasifikasi
gangguan kepribadian berdasarkan konsepsi tentang psikosis yang fisikalistis.
Ditinjau dari perkembangan teori kepribadian, apa yang dilakukan Kraeplin
merupakan langkah besar karena gangguan kepribadian sudah dirumuskan dan
diklasifikasikan secara ilmiah.
Pengaruh terbesar dari sejarah pengobatan klinis di Eropa terhadap
perkembangan kepribadian adalah yang terjadi pada abad ke-20, yaitu ketika
Sigmund Freud menuliskan konsepsi-konsepsinya yang dia susun berdasarkan
temuannya dalam menyembuhkan penderita neurosis, khususnya histeria. Pengaruh
Freud dengan Psikoanalisisnya terhadap teori kepribadian dapat dilihat dari
fakta bahwa hampir seluruh teori kepribadian modern mengambil sebagian atau
setidak-tidaknya mempersoalkan konsepsi-konsepsi Freud dala penyusunan teori
kepribadian (Koeswara, 1991: 15).
b)
Psikometrik
Psikometrik atau pengukuran psikologi memberikan pengaruh yang harus diperhitungkan
dalam perkembangan teori kepribadian. Sebelum ada psikometrik, ada anggapan
bahwa fungsi-fungsi psikologis manusia seperti kecerdasan, bakat, minat, motif,
dst., sangat sulit bahkan tidak mungkin untuk bisa diukur.
Berbicara tentang psikometrik dari sisi historis, tidak terlepas dari
pembahasan mengenai apa yang dilakukan oleh Gustav Theodor Fecher (1801-1887).
Fechner, yang beranggapan bahwa jiwa itu identik dengan raga, banyak melakukan
penelitian, khususnya tentang pengideraan dengan metode eksperimen.
Apa yang telah dilakukan oleh Fecher menjadi pendorong bagi para ahli yang
muncul kemudian untuk mengembangkan dan menggunakan pendekatan psikometrik
untuk kaitan antara aspek fisik dengan aspek mental. Dengan berkembangnya
psikometrik memungkinkan dilakukannya penelitian di bidang kepribadian.
c)
Behaviorisme
Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang lahir di Amerika Serikat
dipelopori oleh John B. Watson (1878-1958). Pengaruh behaviorisme terhadap
perkembangan teori kepribadian terletak pada upaya-upaya dan anjurannya untuk
memandang dan meneliti tingkah laku manusia secara objektif.
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh para behavioris dengan metode
eksperimen mampu memberikan sumbangan besar bagi terciptanya konsep-konsep
tentang kepribadian yang ketepatannya bisa diuji secara empiris.
d)
Psikologi
Gestalt
Psikologi Gestalt merupakan aliran psikologi yang lahir di Jerman dan yang
dipelopori oleh Max Wertheimer (1880-1943), Wolfgang Kohler (1887- 1967), dan
Kurt Koffka (18886-1941). Prinsip pertama dan utama dari psikologi Gesltalt
adalah bahwa suatu fenomena hanya dan harus dimengerti sebagai suatu totalitas
atau keseluruhan. Demikian halnya dengan manusia berikut kesadaran dan tingkah
lakunya hanya dapat dipahami jika hal itu dilihat sebagai suatu totalitas.
Beberapa teoris kepribadian terkemuka yaitu Adler, Goldstein, Allport, Maslow,
dan Rogers mengembangkan teori kepribadian berdasarkan prinsip holistik atai
totalitas dari psikologi Gestalt.
Prinsip kedua psikologi Gestalt, yang juga ikut mempengaruhi para teoris
keprbadian adalah prinsip bahwa fenomena merupakan data mendasar bagi
psikologi. Untuk itu dalam memahami perilaku manusia maka peneliti atau
pengamat harus berusaha merasakan dan menghayati apa yang dialami oleh subjek
yang diamati.
2.
Faktor-faktor
Kontemporer
Faktor-faktor kontemporer yang mempengaruhi perkembanga teori kepribadian
mencakup faktor dari dalam dan dari luar psikologi. Faktor-faktor yang
bersumber dari dalam bidang psikologi yaitu: a. munculnya perluasan bidang psikologi,
seperti psikologi lintas budaya (cross-cultural psychology), dan b. Studi
tentang proses-proses kognitif dan motivasi.
Faktor-faktor kontemporer dari luar bidang psikologi yang mempengaruhi
perkembangan teori kepribadian antara lain berkembangnya aliran filsafat
eksistensialisme, perubahan sosial budaya yang pesat, dan berkembangnya
teknologi komputer.
Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang menekankan kebebasan,
penentuan diri, dan keberubahan manusia, mempengaruhi para teoris kepribadian
eksistensial dan humanistik. Perubahan sosial budaya telah memberikan arah baru
kepada penelitian dan penyusunan teori kepribadian. Sedangkan berkembangnya
teknologi komputer membuka peluang yang luas bagi penelitian secara
besar-besaran dan cermat.
E. Anggapan-anggapan Dasar tentang Manusia
Setiap orang, termasuk teoris
kepribadian, memiliki anggapan-anggapan dasar (basic assumtions)
tertentu tentang manusia yang oleh George Boeree disebut asumsi-asumsi
filosofis (Boeree, 2005 : 23). Anggapan-anggapan dasar yang diperoleh melalui
hubungan pribadi atau pengalaman-pengalaman sosial ini secara nyata akan
mempengaruhi persepsi dan tindakan manusia terhadap sesamanya. Dalam konteks
para teoris kepribadian, anggapan-anggapan dasar ini mempengaruhi konstruksi
dan isi teori kepribadian yang disusunnya. Anggapan-anggapan dasar tentang
manusia yang mempengaruhi atau mewarnai teori-teori kepribadian adalah sebagai
berikut.
1.
Kebebasan –
ketidak bebebasan
Ada anggapan bahwa manusia
merupakan makhluk yang bebas berkehendak, mengambil sikap, dan menentukan arah
kehidupannya. Sebaliknya ada anggapan yang berlawanan dengan itu, bahwa manusia
merupakan makhluk yang tidak bebas. Salah seorang teoris kepribadian, yaitu
Abraham Maslow menganggap bahwa manusia merupakan makhluk yang bebas, sementara
itu teoris kepribadiannya lainnya diantaranya Freud dan Skinner, menyatakan
bahwa pada dasarnya manusia merupakan makhluk yang perilakunya tidak bebas
karena ditentukan oleh sejumlah determinan.
2.
Rasionalitas –
irasionalitas
Maslow dan para teoris kepribaian
humanistik lainnya beranggapan bahwa manusia merupakan makhluk yang perilakunya
digerakkan oleh faktor-faktor yang rasional. Sedangkan Freud menganggap bahwa
manusia merupakan makhluk yang cenderung irasional. Sementara itu Skinner dan
para behavioris lainnya tidak begitu terikat pada anggapan dasar
rasional-irasional.
3.
Holisme –
elementalisme
Menurut Freud dan Maslow manusia
hanya dapat dimengerti bila dilihat dan dipelajari sebagai totalitas. Sedangkan
Skinner cenderung memenadang menausia secara elemtalisme, bahwa perilaku
manusia dapat dipelajari sebagian-sebagian. Hal demikian juga diperkuat dengan
pendapatnya bahwa kepribadian adalah sekumpulan tingkah laku yang dipelajari.
4.
Konstitusionalisme
– environmentalisme
Konstitusionalisme merupakan
pandangan yang menyatakan bahwa kepribadian seseorang ditentukan oleh
faktor-faktor yang sudah dimiliki sejak lahir atau faktor bawaan. Sedangkan
environmentalisme menganggap bahwa kepribadian seseorang ditentukan oleh
faktor-faktor yang berasal dari lingkungannya.
Freud dengan teori mengenai
naluri yang bersifat bawaan, termasuk teoris kepribadian konstitusionalis,
demikian halnya Maslow dengan teori kebutuhan bertingkatnya. Namun komitmen
Maslow pada konstitusi-onalisme ini tidak sekuat Freud. Sedangkan Skinner dan
para behavioris lainnya beranggapan bahwa perilaku manusia merupakan hasil
belajar dari lingkungannya.
5.
Berubah – tidak
berubah
Anggapan dasar berubah – tak
berubah mempersoalkan berubah tidaknya kepribadian individu sepanjang hidupnya.
Freud sebagai penganut determinisme, beranggapan bahwa kepribadian individu
ditentukan oleh pengalaman masa kanak-kanak awal dan tidak akan berubah
sepanjang hidup individu. Sedangkan Maslow dan Skinner beranggapan bahwa
kepribadian individu mengalami perubahan sepanjang hidupnya.
6.
Subjektivitas –
objektivitas
Anggapan dasar tentang
subjektivitas dan objektivitas manusia berkenaan dengan persoalan apakah
perilaku manusia ditentukan oleh pengalaman personalnya yang subjektif atau
faktor-faktor eksternal yang objektif. Rogers, tokoh psikologi fenomenologi dan
salah satu tokoh psikologi humanistik, menyatakan bahwa dunia batin atau dunia
subjektif individu merupakan penyebab terbesar bagi terjadinya perilaku
individu.
Freud dan Maslow berpegang pada
anggapan dasar yang sama dengan Rogers bahwa perilaku manusia bersifat
subjektif. Sedangkan Skinner menolak pandangan tentang pengalaman subjektif
manusia. Dia lebih menitik beratkan pada tingkah laku yang dapat diamati dan
diukur secara objektif.
7.
Proaktif – reaktif
Pandangan proaktif-reaktif
menjelaskan sumber penyebab perilaku manusia. Apakah perilaku manusia didorong
oleh faktor-faktor internal atau faktor-faktor eksternal?
Freud dan Maslow merupakah teoris
kepribadian yang menganggap bahwa perilaku manusia bersifat proaktif, yaitu
lebih banyak digerakkan oleh faktor-faktor internalnya. Menurut Freud, perilaku
manusia didorong oleh faktor internal yang sebagian besar berasal dari alam
yang tidak disadari. Sedangkan menurut Maslow, perilaku manusia didorong oleh
faktor-faktor internal yang disadari.
Skinner dan para behavioris
memandang bahwa perilaku manusia bersifat reaktif. Menurut mereka perilaku
manusia merupakan respon terhadap stimulus-stimulus yang datang dari
lingkungan.
8.
Homeostatis –
heterostatis
Konsep homeostatis menjelaskan
bahwa perilaku manusia terutama dimotivasi oleh upaya mengurangi atau
menghilangkan ketegangan yang terjadi akibat ketidak seimbangan, misalnya
lelah, lapar, ingin tahu, dst. Sedangkan konsep heterostatis menjelaskan bahwa
perilaku manusia terutama dimotivasi oleh upaya menuju perkembangan dan
aktualisasi diri.
Freud merupakan salah satu teoris
kepribadian yang berpegang pada konsep homeostatis. Sedangkan Maslow berpegang
pada konsep heterostatis. Sementara Skinner menolak kedua konsep motivasi
tersebut. Bagi Skinner, perilaku manusia disebabkan oleh stimulus-stimulus yang
datang dari luar dirinya dan bukan kerena motivasi.
9.
Dapat diketahui
– tidak dapat diketahui
Freud berpandangan bahwa manusia
dapat diketahui sepenuhnya melalui metode ilmiah karena perilaku manusia
berlangsung berdasarkan hukum-hukum alam. Sejalan dengan pandangan Freud,
Skinner menyatakan bahwa melalui observasi-observasi yang sistematis dapat
diperoleh pengetahuan yang memadai tentang manusia.
Maslow berpandangan lain dengan
Freud dan Skinner. Menurut Maslow manusia tidak bisa diketahui sepenuhnya
meskipun dengan uapaya-upaya ilmiah.
F. Klasifikasi Teori-teori Kepribadian
Dewasa ini telah banyak
teori-teori kepribadian untuk memudahkan mempelajari para ahli telah mengklasifikasikan
teori-teori tersebut ke dalam beberapa kelompok dengan menggunakan acuan
tertentu yaitu paradigma yang dipakai untuk mengembangkannya. Berdasarkan
paradigma yang dipergunakan dalam mengembankannya, teori kepribadian dibedakan
menjadi 4 paradigma (Alwisol, 2005: 2-7). Kempat paradigma tersebut adalah:
1.
Paradigma
psikoanalisis: tradisi klinis psikiatri.
2.
Paradigma
traits: tradisi psikologi fungsionalisme dan psikologi pengukuran.
3.
Paradigma
kognitif: tradisi Gestalt.
4.
Paradigma behaviorisme:
tradisi kondisioning.
Adapula klasifikasi teori
kepribadian yang didasarkan pada sejarah perkembangannya yang kemudian menjadi kekutan besar yang dijadikan orientasi dalam
pengembangan teori-teori kepribadian. Boeree (2005 : 29) menyatakan bahwa ada 3
orientasi atau kekuatan besar dalam teori kepribadian, yaitu :
a.
Psikoanalisis
beserta aliran-aliran yang dikembangkan atas paradigma yang sama atau hampir
sama, yang dipandang sebagai kekuatan pertama.
b.
Behavioristik
yang dipandang sebagai kekuatan kedua.
c.
Humanistik,
yang dinyatakan sebagai kekuatan ketiga.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teori kepriadian adalah sekumpulan anggapan atau konsep-konsep yang satu
sama lain berkaitan mengenai tingkah laku manusia.
teori kepribdian pada umumnya yang memiliki dua fungsi yaitu: deskriptif
dan prediktif.
Setiap teori kepribadian diharapkan mampu memberikan jawab atas pertanyaan
sekitar apa, mengapa, dan bagaimana tentang perilaku manusia. Untuk itu setiap
teori kepribadian yang lengkap, menurut Pervin (Supratiknya, 1995: 5-6),
biasanya memiliki dimensi-dimensi sebagai berikut :1. Pembahasan tentang
struktur, 2. Pembahasan tentang proses, yaitu konsep-konsep tentang motivasi
untuk menjelaskan dinamika tingkah laku atau kepribadian.3. Pembahasan tentang
pertumbuhan dan perkembangan, 4. Pembahasan tentang psikopatologi, 5.
Pembahasan tentang perubahan tingkah laku,
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Teori Kepribadian diantaranya:
Faktor-faktor historis, dan Faktor-faktor Kontemporer.
Anggapan-anggapah dasar tentang
manusia yang mempengaruhi atau mewarnai teori-teori kepribadian adalah
sebagai berikut.
1.
Kebebasan – ketidak
bebebasan
2.
Rasionalitas –
irasionalitas
3.
Holisme –
elementalisme
4.
Konstitusionalisme
– environmentalisme
5.
Berubah – tidak
berubah
6.
Subjektivitas –
objektivitas
7.
Proaktif –
reaktif
8.
Homeostatis –
heterostatis
9.
Dapat diketahui
– tidak dapat diketahui
Adapula klasifikasi teori kepribadian yang didasarkan pada sejarah
perkembangannya yang kemudian menjadi kekutan besar yang dijadikan orientasi dalam pengembangan
teori-teori kepribadian diantaranya: Psikoanalisis beserta aliran-aliran yang
dikembangkan atas paradigma yang sama atau hampir sama, Behavioristik, dan Humanistik.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. (2005) Psikologi Kepribadian. Malang : Penerbit Universitas Muhammadyah Malang.
Boeree, CG. (1997) .Personality Theories :Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog
Dunia. (Alih bahasa : Inyiak Ridwan Muzir). Yogyakarta : Primasophie.
Koeswara, E. (1991) Teori-teori Kepribadian. Bandung Eresco.
Supratiknya (Penyunting) (1993) Teori-teori Psikodinamik (Klinis).
Yogyakarta: Kanisius.
http://ebekunt.wordpress.com/2009/04/29/teori-kepribadian/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar