RANGKUMAN BAHASA ARAB I
Nadlirin - 136015245
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
A.
Aqsāmul Kalām
1.
Pengertian
Kalâm
Yang dinamakan Kalâm menurut ulama’ nahwu adalah:
lafadz yang disusun (dua keatas) yang memberikan faedah dan disengaja
oleh orang yang berbicara. Sebagaimana lafadz :زيد يجتهد (Zaid adalah orang
yang bersungguh-sungguh) جاء زيد قائم (Zaid datang dengan
keadaan berdiri).
Sedangkan yang dinamakan kalimat (كلمة) adalah: lafadz satu yang menunjukkan arti, seperti pada
lafadz: زيد – الى – قال atau lafadz: جاء – بكر – من. Adapun yang dinamakan lafadz adalah: suara yang
mengandung dari sebagian huruf hijaiyyah. Yang dinamakan kalim iyalah:
kumpulnya kalimat tiga keatas baik terdiri dari isim-fi’il-hurũf;
seperti ان عمرا قام, atau kalimat isim semua; زيد اكل خيرا atau berupa kalimat fi’il semua; قم قم قم, atau hurũf semua; لم لم لم.
2.
Pembagian
Kalâm
Kalâm dibagi menjadi tiga, yaitu: isim-fi’il-hurũf.
a) Isim
Mana-mana kalimat yang bisa menunjukkan arti dengan sendirinya dan
tidak disertai dari salah satu zaman tiga (madly – hâl-istiqbâl). Contohnya:
باب – بيت – استذ – مسجد
Tanda-tanda kalimat isim ada 6 (enam) yaitu:
1) Tanwin (-ً-ٍ-ٌ-), contohnya:
زيدٌ
2) Jar
(جر) , contohnya:بكرٍ
3) Al
(ال) , contohnya:
الرجلُ
4) Nida’
(ندا) , contohnya:
يا عمرُ
5) Musnad
(مسند) , contohnya:
قمتُ
6) Hurũf Jar
(حرف جر) , contohnya:
مررت بسعيدٍ
b) Fi’il
Setiap kalimat yang bisa menunjukkan arti dengan sendirinya dan
disertai dengan zaman tiga (madly–hâl-istiqbâl). Contohnya:
جلس – ضرب –اكل – كتب – نصر .
Tanda-tanda kalimat fi’il yaitu:
1) Qad
(قد) contohnya:
قد قام زيدٌ
2) Syin (سين) contohnya: سيقول بكرٌ
3) Saufa (سوف) contohnya: سوف استغفركَ
4) Ta’ta’nist
(تاءتاءنيث) contohnya: قامتْ هندٌ
Dalam hal
ini kalimat fi’il dibagi 3 tiga macam, yaitu:
a)
Fi’il Madli
Fi’il yang
menunjukkan masa yang sudah lewat atau lampau, sebagimana contoh: فعل – علم - كتب
b)
Fi’il Mudlori’
Kalimat
fi’il yang menunjukkan masa yang sedang dikerjakan, contohnya:
يفعل – يعلم – يكتب
c)
Fi’il Amar
Kalimat
fi’il yang menunjukkan seruan atau adanya perintah, contohnya:
اكتب – اعلم – افعال
c) Hurũf
Kaliamt hurũf adalah: kalimat yang tidak bisa menunjukkan
arti dengan sendirinya, kecuali dirangkaikan dengan kalimat lainnya, misalnya: في – من – عن – لم.
Tanda-tanda kalimat hurũf ialah: kalimat yang tidak sah diberi
tanda atau alamatnya kaliamt isim dan fi’il, jadi kalimat hurũf tandanya
ma’nawiyyah (tidak bisa dilihat). Seperti contoh: هل – لم – على.
Selain kalâm, kalim, dan kalimat didalam
bahasa arab ada yang dinamakan qaũl (lafadz yang bisa memberikan faedah
secara mutlaq) karena didalam qaũl terdapat kalâm, kalim, dan kalimat.
B.
An-Nakirah Wa Ma’rifat
وانْقَسَمَت معرفةٌ لِلخمسَة ⇎ وذالك المُضمَرُ نحوُ انتِ
وعلمٌ ومبهمٌ واسمٌ يَلي ⇎ اَلْ نحوُ جاَلغُلامُ للفَتى العَلي
ثم لواحدٍ اُضيفَ النَّكرة ⇎ ماشاء في جنسٍ بغيرِ خاصَّة
Isim itu dibagi dua macam: 1). Isim Nakirah, 2). Isim
Ma’rifat. Adapun penjelasanya sebagai berikut:
1.
Isim
Ma’rifat
Isim yang
menunjukkan sesuatu yang tertentu atau nyata, isim ma’rifat banyaknya
ada lima bagian:
a)
Isim Dlamir Contohnya: هُوَ - هماَ - هُمْ الخ
b)
Isim ‘Alam(nama) Contohnya:
زَيْدٌ
- مَكَّة - فَرَسٌ - وَاسِقٌ
c)
Isim Mubhâm(Istifhâm)
Contohnya: هذاَ - الذِّي
d)
Isim yang diberi
Al Contohnya: الرَّجُلُ - المرْءَةُ
e)
Isim Nakirah yang di-mudlafkan
kepada salah satu dari isim ma’rifat yang empat tadi
Contohnya: غُلاَمُ زيْدٍ - غلامُ هذاَ - غلامُ الذِّي
- غلامُ الرَّجُلِ
2.
Isim Nakirah
Isim yang ma’na-nya masih menunjukkan arti umum, jadi tidak
khusus kepada sesuatu yang dituju, maksudnya isim nakirah diletakkan
karena sesuatu yang belum tertentu atau belum nyata. Adapun tanda-tanda isim
nakirah adalah: patut diberi Al.
Contohnya: رجُلٌ - امرَءَةٌ - فَرَسٌ
Maka sah dikatakan الرَّجُلُ - المرْءَةُ – الفَرَسُ itu menyebabkan ma’rifatnya lafadz.
C.
Al-Mutsanna
Wa Al- Jam’u
1. Definisi
al-mutsanna
Isim menurut jumlahnya dibagi menjadi tiga yaitu mufrad, mutsanna
dan jama’.
a) Isim mufrad
adalah isim yang menunjukkan arti satu. Seperti مُحَمَّدٌ dan رَجُلٌ
b) Isim mutsanna
ialah isim yang menunjukkan arti dua, dengan menambahkan alif dan nun
untuk marfu’ atau ya’ dan nun. jika majrur da manshub
Seperti: كِتَابَانِ dan كِتَابَيْن (dua buku).seperti: اِ
مْرَأَ ةٌ menjadi
اِمْرَأَتَانِ- رَجُلٌ menjadi رَجُلَان.
jika mutsanna
menjadi mudhaf maka nun-nya dibuang dan dikecualikan dari itu jika:
1)
Isim maqsũr, maka alifnya
diganti dengan ya’ jika berupa empat huruf atau lebih dan dikembalikan
pada asalnya jika tiga huruf, Contoh:
دَعْوَى menjadi دَعْوَيَانِ.
مُصْطَفَى menjadi مُصْطَفَيَانِ.
عَصًا menjadi عَصَوَانِ.
2) Isim mamdũd,
jika untuk muannats hamzahnya diubah menjadi (wawu) و , tetapi jika ia asli dan boleh dua keadaan jika ia untuk ilhaq
(penggolongan), atau penggantian dari asal. Contoh:
صَحْرَاْءٌ menjadi صَحْرَاوَانِ.
سَوْدَاءٌ menjadi سَوْدَاوَانِ.
قُرَّاءٌ menjadi قُرَّاءَانِ.
وُضَّاءُ menjadi وُضَّاءَانِ.
عِلْبَاءٌ menjadi عِلْبَاءَانِ atau عِلْبَاوَانِ.
كِسَاءٌ menjadi كِسَاءَانِ atau كِسَاوَانِ.
3) Isim manqũs,
jika terbuang maka ya’ nya dikembalikan. Contoh:
هَادٍ menjadi هَادِيَانِ.
مُهْتَدٍ menjadi مُهْتَدِيَان.
Adapun
isim murakkab tidak bisa dijadikan mutsanna seperti بَعْلَبَكَ dan سِبَوَيْهٍ.
c) Isim jama’
ialah isim yang menunjukkan arti lebih dari dua. Jama’ ada tiga bagian jama’
mudzakar salim, jama’ muannas salim dan jama’ taksir.
2. Pembagian
jama’
a.
Jamak mudzakar salim
ialah bentuk jama’ yang menunjukkan arti lebih dari dua dengan menambahkan و dan ن (ketika
rofa’) atau ي dan ن (ketika
nashab dan jar) tanpa ada perubahan padanya. Seperti: مُؤْمِنُوْن (orang-orang
mu’min laki-laki) dan مُؤْمِنُيْن (orang-orang
mu’min laki-laki).
Dan
dikecualikan dari itu jika:
1). Isim manqũs,
ya’-nya dibuang dan hurũf sebelum wawu di-dlummah atau
huruf sebelum ya’ dikasroh untuk penyesuaian. Contoh: هَادٍ menjadi هَادُوْنَ atau
هَادِيْن.
2). Isim maqsũr,
alif-nya dibuang dan harakat sebelum wawu atau ya’ tetap
di-fathah sebagai tanda bagi alif. Contoh: مُصْطَفَى menjadi
مَصْطَفَوْنَ atau مُصْطَفَيْن.
b. Jamak muannas
salim ialah isim yang menunjukkan arti lebih dari dua dengan menambah alif
dan ta’ dan tidak mengubah bentuk mufradnya. Sepertiزَيْنَبٌ menjadi زَيْنَبَاتٌ. Dan
dikecualikan dari itu jika:
1). Isim yang
berakhiran dengan ta’ marbuthah ( ة )
maka ta’
ini dibuang lalu hubungkan alif dan ta’. Contoh: فَاطِمَةٌmenjadi فَاطِمَاتٌ.
2). Isim maqsũr
dan mamdũd, maka tetap sebagaimana membentuk musanna dari keterangan
diatas dengan menambah alif dan ta’. Contoh:
حُبْلَى menjadi حُبْلَيَاتٌ صَحْرَاءٌ menjadi صَحْرَوَاتٌ
هُدَى menjadi هُدَيَاتٌ عِلْبَاء menjadi عِلْبَاوَاتٌdanعْلْبَاءَاتٌ
رِضا menjadi رِضَوَاتٌ.
3). Dan
isim-isim seperti دَعْدٌ dan سَجْدَةٌ, maka ‘ain fi’ilnya
diharakati dengan fathah. Contoh: دَعَدَاَتٌ dan سَجَدَاتٌ ketentuan seperti itu adalah jika jika isim itu tsulasi,
sahih ‘ain nya, sukun ‘ain-nya dan fa’-nya
berharakat fathah maka tidak ada perubahan bentuk.
c. Jamak
taksir adalah isim yang menujukkan arti lebih dari dua dengan perubahan
bentuk mufrad-nya. Seperti: رِجَالٌ dan عَرَائِشُ (pengantin-pengantin
perempuan).
Jamak
taksir
itu mempunyai 21 wazan. Untuk jamak qillah (yakni mulai dari tiga hingga 10)
dari 21 wazan itu adalah 4 wazan yaitu: أَفْعُلٌ, أَفْعَلٌ, أَفْعِلَةٌdan فِعْلَةٌ seperti اَنْفُسٌ,
اَجْدَادٌ, اَعْمِدَةٌ dan فِتْيَةٌ.
Dan
untuk jamak katsrah (yakni mulai dari 11 dan seterusnya tidak terbatas)
ada 17 wazan. Contoh:
Wazan
Jama’
|
Contoh
Jama’
|
فُعْلٌ
|
حُمْرٌ
|
فِعْلٌ
|
قِطَعٌ
|
فُعَلٌ
|
صُوَرٌ
|
فُعُلٌ
|
كُتُبٌ
|
فِيْعَلٌ
|
فِيْلَةٌ
|
فَعَلَةٌ
|
سَحَرَةٌ
|
فَعَالٌ
|
هُدَاةٌ
|
فَعْلَى
|
مَرْضَى
|
فُعَّالٌ
|
عُدَّالٌ
|
فُعَّلٌ
|
رٌكَّعٌ
|
فُعَلَاءُ
|
نُبَهَاءُ
|
فُعُوْلٌ
|
قُلُوبٌ
|
فِعَالٌ
|
جِبَالٌ
|
فِعْلَانٌ
|
غِلْمَانٌ
|
فُعْلَانٌ
|
قُضْبَانٌ
|
أَفْعِلَاءُ
|
اَنْبِيَاءُ
|
Dan sighat
muntahal jumuk (setiap jamak yang terdiri dari dua hurũf atau tiga hurũf dengan
hurũf tengahnya mati setelah alif jamak taksir-nya)
sepertiدَرَاهِمَ
danدَنَانِيْرَ Sighat ini
mempunyai 7 (tujuh) wazan, yaitu:
1) Wazan فَعَائِلُ sepertiصَحِيْفَةٌ menjadi صَحَائِفُ
2) Wazan فَعَالِيُّ sepertiكُرْسِيٌّ menjadi كَرَاسِيُّ
3) Wazan فَوَاعِلُ seperti جَوْهَرُ menjadi جَوَاهِرُ
4) Wazan فَعَالِلُ seperti جَعْفَرُ menjadi جَعَافِرُ
5) Wazan فَعَالِي seperti سَعْلَاةٌ menjadi سَعَالِي
6) Wazan فَعَالَى seperti سَكْرَانٌ menjadiسَكَارى
7) Dan
Wazan فُعَالَى
D.
Hurũf Jar
Definisi “hurũf” yang menge-jar-kan isim yang jatuh setelahnya.
Atau yang memberi baris bawah “harakat kasrah”
pada isim. Adapun
pembagian huruf jar beserta contohnya yaitu:
الباء، من، الى، عن، على، فى، الام، حتى، الكاف،
الواو، التاء، مذ، منذ، ربّ، خلا، عدا، حاشا، كى، متى، لعلّ
1)
. الباء Ilshaq menunjukkan arti bertemu contoh: امسكت بيدك.
a)
Istianah digunakan
sebagai bantuan contoh: كتبت الدرس
بالقلم.
b)
Sababiyyah menunjukkan
arti sebab dari suatu pekerjaan.
contoh: فكلا اخذنا
بنبه.
c)
Ta’diyyah memuta’adikan
fi’il lazim contoh: ذهب الله بنورهم.
d)
Qasam menunjukkan
arti sumpah contoh: بالله. Dan: بالله لافعلن كذا.
e)
Ta’widl menggantikan
sesuatu dari sesuatu yang lain sebagai imbalan dari sesuatu yang lain tersebut.
contoh: اشتريت الثوب بألف روبية.
f)
Musahabah menunjukkan
arti bersamaan (ma’a).
contoh: ادخلوها بسلام
امنين.
g)
Tab’idl menunjukkan
arti sebagian contoh: عينا يشرب
بها عبادالله.
h)
Mujawazah menunjukkan
arti melewati atau tentang (‘an).
contoh: فسأل به
خبيرا
2)
. من Tab’idl Menunjukkan arti sebagian contoh: منهم من
كلّم الله.
a)
Bayanil jinsi
Menjelaskan jenis dari sesuatu.
contoh: فاجتنبوا الرّجس
من الأوثان.
b)
Ibtida’ makaniyyah
Menunjukkan arti permulaan suatu tempat contoh: سرت من
المعهد الى البيت.
c)
Ibtida’ zamaniyyah
Menunjukkan arti permulaan dari suatu waktu contoh: انتضرتك من
الظهر.
d)
Zaidah Menunjukkan
arti tambahan contoh: ما جاءنا من بشير.
e) Sababiyyah Menunjukkan
arti sebab dari suatu pekerjaan
contoh: منما خطيئاتهم
اغرقوا.
f) Mujawazah Menunjukkan
arti melewati atau tentang (‘an).
contoh: فويل للقاسية
قلوبهم من ذكرالله.
3)
. الى Intiha-ũ zamaniyah Menunjukkan arti akhir untuk waktu.
contoh: ثمّ اتموا
الصيام الى الليل.
a) Intiha-ũ makaniyyah
Menunjukkan arti akhir untuk tempat.
contoh: من المسجد
الحرام الى المسجد الأقصى
b) Musahabah menunjukkan
arti bersamaan (ma’a).
contoh: ولاتأكلوا اموالهم
الى اموالكم
4)
. عن Mujawazah menunjukkan arti melewati atau tentang (‘an).
contoh: سافرت عن
البلد
a) Bima’na ba’da
menunjukkan arti setelah contoh: عن قريب
ازورك
b) Isti’la menunjukkan
arti ‘alaa contoh: ومن يبخل فإنما يبخل عن نفسه
c) Sababiyyah menunjukkan
arti sebab dari suatu pekerjaan.
contoh: وما نحن
بتاركى الهتنا عن قولك
d) Tab’id menunjukkan
arti sebagian contoh: وهو الذى يقبل التوبة عن عباده
5)
على Isti’la menunjukkan arti alâ. contoh: وعلى الفلك
تحملون
a) Dharfiyyah menunjukkan
arti di dalam contoh:
ودخل المدينة
على حين غفلة من اهلها
b) Mujawazah menunjukkan
arti melewati atau tentang (‘an) contoh: اذا رضيت
على تنو قشير
c) Sababiyyah menunjukkan
arti Sebab dari suatu pekerjaan.
contoh: ولتكبروا الله
على ما هداكم
d) Musahabah menunjukkan
arti bersamaan (ma’a) contoh:
واتى المال
على حبه
e) Bima’na min menunjukkan
arti min contoh:
اذا اكتالوا
على الناس يستوفون
f) Bima’na ba’ menunjukkan
arti ba’ contoh: اركب على اسم الله
g) Istidrok menunjukkan
arti tetapi (lakin) contoh:
على انه
لاييأس من رحمة الله
6)
فى Dharfiyyah menunjukkan arti “di dalam” atau “di” atau “pada”.
contoh: صليت فى
اخر اليل
a) Sababiyyah
menunjukkan
arti Sebab dari suatu pekerjaan.contoh: دخلت امراة
النار فى هرّة حسبتها
b) Musahabah menunjukkan
arti bersamaan ( ma’a) contoh:
ادخلوا فى
امم
c) Isti’la menunjukkan
arti alaa contoh: لأصلبنكم فى جذوع النخل
d) ilshaq menunjukkan
arti bertemu contoh: مشيت فى محمّد
e) intiha’ menunjukkan
arti ilaa contoh: فردّوا ايديهم فى افوامهم
7)
الام milki menunjukkan arti kepunyaan contoh: هذا الكتاب
لزيد.
a) Syibhul milki
menunjukkan arti seperti kepunyaan contoh: الباب للمدرسة
b) Sababiyyah
menunjukkan
arti sebab dari suatu pekerjaan.contoh: جئت هنا
لتعلم اللغة العربية.
c) Ta’diyyah me-muta’adikan
fi’il lazim contoh: يسن الصوم
عرفة للمسلمين.
d) Intiha’ menunjukkan
arti ilaa contoh: كلّ يجرى لآجل مسمى.
e) Isti’la menunjukkan
arti alaa contoh: ويخرون للأذقان.
f) Musahabah menunjukkan
arti bersamaan ( ma’a ).contoh:
لطول اجتماع
لم نبت ليلة معا.
g) Waqti menunjukkan
arti waktu contoh: كتبته لأخير شهر رجب.
h) Zaidah menunjukkan
arti tambahan contoh: يا بئس للحرب.
8)
الكاف Tasybih Menunjukkan arti menyerupakan sesuatu dengan sesuatu. contoh: زيد كالبدر.
a) Sababiyyah menunjukkan
arti Sebab dari suatu pekerjaan.contoh: وذروه كما
هداكم.
b) Isti’la menunjukkan
arti ‘alaa contoh: ويخرّون للأذقان.
c) Zaidah menunjukkan
arti tambahan contoh: ليس كمثله شيئ.
9)
حتى Intiha’ Menunjukkan arti akhir contoh: كلوا وشربوا
حتى يتبين.
10) الواو Qasam Menunjukkan arti sumpah contoh: والفجر وليال
عشر.
11) التاء Qasam Menunjukkan arti sumpah contoh: تالله.
12) مذ Ibtida’ Menunjukkan arti permulaan contoh:
ما رايتك مذ يوم الجمعة.
13) منذ Ibtida’ Menunjukkan arti permulaan contoh:
ما حضرت هنا منذ يوما.
14) رب Taqliil dan taktsir Menunjukkan arti
menyedikitkan dan memperbanyak contoh: الا ربّ
مولود وليس له اب، ربّ تلميذ لقيته.
15) خلا Istitsna’ Menunjukkan arti pengecualian contoh:
جاء الطلبة خلا محمد.
16) عدا Istitsna’ Menunjukkan arti pengecualian contoh:جاء الطلبة
عدا محمد.
17) حاشا Istitsna’ Menunjukkan arti pengecualian.
contoh: جاء الطلبة
حاشا محمد.
18) كى Sababiyyah Menunjukkan arti Sebab dari
suatu pekerjaan contoh: جئت هنا
كى أزورك.
19) متى Bima’na min Menunjukkan arti min
-
20)
لعل Tarajji Menunjukkan arti pengharapan contoh:
ادع الطلاب
لعل استاذ يحضر.
E.
Mubtada’ dan
Khabar
1.
Definisi
اَلْمُبْتَدَأُ : هو اَلِاسْمُ اَلْمَرْفُوعُ اَلْعَارِي عَنْ اَلْعَوَامِلِ اَللَّفْظِيَّةِ وَالْخَبَرُ هُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَرْفُوعُ اَلْمُسْنَدُ إِلَيْهِ,
نَحْوَقَوْلِكَ "زَيْدٌ قَائِمٌ"وَ"الزَّيْدَانِ قَائِمَانِ"وَ"الزَّيْدُونَ قَائِمُونَ "
Mubtada
ialah isim marfu' yang bebas dari amil lafazh, sedangkan khabar
ialah isim marfu' yang di-musnad-kan kepada mubtada, contohnya
seperti perkataan: قَائِمٌ زَيْدٌ (Zaid
berdiri); قَائِمَانِ الزَّيْدَانِ (dua
Zaid itu berdiri) قَائِمُونَ الزَّيْدُونَ (Zaid-Zaid
itu berdiri).
2.
Pembagian
Mubtada’ dan Khobar
Mubtada’ itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu mubtada yang dhahir
dan mubtada’ yang mudhmar(dhamir). Mubtada’ dlahir penjelasannya telah
dikemukakan atau dhamir, seperti انت اهل للقضاء (kamu patut untuk menetapkan hukum-diantara manusia).
Sedangkan mubtada yang mudhmar (isim
dhamir) ada dua belas, yaitu: أنا (saya), ونحن (kami atau kita), وأنتَ (kamu-laki-laki), وأنتِ (kamu-perempuan), أنتما (kamu berdua -laki-laki atau perempuan), وأنُتم (kalian-laki-laki), أنتن (kalian-perempuan), وهو (dia-laki-laki), وهى (ia-perempuan), وهما (mereka berdua-laki-laki atau perempuan), وهم (mereka semua-laki-laki),
وهن (mereka semua-perempuan),seperti perkataan ( قائم أنا ) (Saya itu berdiri) ( قائمون نحن) (Kami itu berdiri). Khabar itu ada dua bagian, yaitu
khabar mufrad dan khabar ghair mufrad.
a)
khabar
mufrad
Adalah khabar yang
bukan berupa jumlah (kalimat) dan bukan pula menyerupai jumlah.
Contoh: قَائِمٌ زَيْد
(Zaid berdiri); kedua-duanya isim mufrad.
Dan juga termasuk khabar
mufrad bila mubtada dan khabar itu terdiri dari isim tatsniyah dan jamak,
seperti contoh di bawah:
قَائِمُونَ الزَّيْدُونَ
= Zaid-Zaid itu berdiri; قَائِمَانِ الزَّيْدَانِ =
dua Zaid itu berdiri.
b)
khabar ghair
mufrad
Ialah khabar
yang terdiri dari jumlah, seperti jumlah ismiyah (mubtada
dan khabar lagi), atau jumlah fi'liyyah (yaitu terdiri dari fi'il
dan fa'il). Khabar ghair mufrad ada empat macam, yaitu: 1). Jar dan majrur; 2).
dharaf; 3). fi'il beserta fa'ilnya; dan 4). mubtada beserta khabarnya.
Contohnya seperti
perkataan:
زيد في الدار (Zaid
berada di dalam rumah); khabarnya terdiri dari jar dan majrur. زيد عندك(Zaid
berada di sisimu); khabarnya dharaf, زيد
قائم ابوه (Zaid, ayahnya telah
berdiri); khabarnya terdiri dari fi'il dan fa'il. زيد جريته
ذاهبة (Zaid hamba perempuannya
pergi); khabar-nya terdiri dari mubtada dan khabar lagi.
Perlu diingatkan,
bahwa khabar yang dibuat dari jumlah mubtada dan khabar, atau terdiri
dari fi'il dan fa'il disebut khabar jumlah. Adapun khabar yang terdiri
dari jar dan majrur atau dharaf disebut syibh jumlah (serupa)
jumlah, karena jar-majrur dan dharaf itu bukan menjadi khabar yang sebenarnya,
sebab yang menjadi khabar yang sebenarnya ialah muta'allaq-nya tersimpan
atau tersembunyi, yang taqdir-nya dapat atau boleh dengan isim mufrad.
F.
AD-Dhamāir
1.
Definisi
Dhamir adalah tiap isim yang dibuat untuk mewakili
mutakallim (si pembicara atau orang pertama), mukhatab (yang
diajak berbicara atau orang kedua), ghâib (yang tidak ada di tempat atau
orang ketiga). Contoh:
Mutakallim : أَنَا (Saya) dan نَحْنُ (Kami).
Mukhatab : أَنْتَ (Kamu) dan أَنْتُمْ (Kalian).
Ghâib: هُوَ (Dia) dan هُمْ (Mereka).
2.
Pembagian Dhamir
A.
Al-Bariz, yaitu dhamir
yang mempunyai bentuk dan tampak dalam lafazh. Seperti hurũf taa’ pada kata
kerja قُمْتُ (Aku telah berdiri). Al-Bariz dari
segi bersambung dan tidaknya terbagi menjadi dua:
1)
Al-Muttashil,
yaitu dhamir yang bersambung dengan lafazh sebelumnya. Bahwa dhamir jenis ini
tidak mungkin digunakan untuk mengawali ucapan dan juga tidak mungkin terletak
setelah hurũf إِلاَّ (Kecuali).
2)
Al-Munfashil,
yaitu dhamir yang tidak bersambung dengan lafazh apapun sehingga bisa digunakan
untuk mengawali ucapan dan bisa diletakkan setelah hurũf إِلاَّ (Kecuali) Contoh: أَناَ (Saya) yang
bisa digunakan untuk mengawali ucapan seperti: أَنَا مُؤْمِنٌ(Saya seorang mu’min) atau bisa juga
diletakkan setelah hurũf إِلاَّ (Kecuali) seperti: مَا قَامَ
إِلاَّ أَنَا (Tidak
berdiri kecuali saya).
B.
Al-Mustatir, yaitu dhamir
yang tidak mungkin tampak dalam lafazh akan tetapi bisa diperkirakan apa yang
dimaksud. Seperti dhamir أَنْتَ (Kamu)
dalam kata قُمْ (Berdirilah!) yang meskipun tidak nampak dalam
lafazh namun kita bisa perkirakan bahwa dhamir yang dimaksud adalah أَنْتَ karena kata
perintah pasti ditujukan untuk orang kedua. Al-Mustatir
terbagi menjadi dua:
1)
Al-Mustatir yang wajib, yaitu
yang tidak mungkin digantikan oleh Isim dhahir (Isim biasa yang bukan
dhamir) ataupun dhamir munfashil.
a)
Dhamir yang terletak dalam fi’il
amr untuk orang kedua tunggal seperti kata قُمْ (Berdirilah!).
b)
Dhamir yang terletak dalam fi’il mudhari’
yang diawali oleh hurũf taa’ untuk orang kedua tunggal seperti kata تَقُوْمُ (Engkau
berdiri).
c)
Dhamir yang terletak dalam fi’il
mudhari’ yang diawali oleh hurũf alif atau nun seperti kata أَقُوْمُ (Saya
berdiri) dan نَقُوْمُ (Kami berdiri).
d)
Dhamir yang terletak dalam fi’il istitsna’
(kata kerja yang berfungsi sebagai pengecuali) seperti kata خَلاَ, عَدَا dan لاَ يَكُوْنُ yang semuanya berarti “Kecuali,”.
e)
Dhamir yang terletak dalam fi’il dengan
wazan أَفْعَلَ yang digunakan dalam ta’ajjub atau susunan untuk
mengungkapkan ketakjuban pada sesuatu. Contoh:
ماَ أَحْسَنَ
الزَّيْدَيْنِ (Betapa baiknya dua Zaid).
f)
Dhamir yang terletak dalam af’alut
tafdhil (fi’il-fi’il yang berfungsi untuk melebihkan sesuatu dari yang
lain). Contohnya dalam firman Allah ta’ala: وَكَمْ أَهْلَكْنَا
قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْنٍ هُمْ أَحْسَنُ أَثَاثًا
وَرِئْيًا (Berapa
banyak umat yang telah kami binasakan sebelum mereka, sedang mereka adalah
lebih bagus alat rumah tangganya dan lebih sedap dipandang mata).
g)
Dhamir yang terletak dalam asmaaul
af’al Contoh: نَزَالِ (Turunlah).
h)
Dhamir yang terletak dalam isim mashdar
Seperti dalam firman Allah: فَضَرْبَ الرِّقَابِ (Maka pancunglah leher-leher mereka).
i)
Dhamir yang terletak dalam fi’il
contoh: نِعْمَ (sebaik-baik) dan بِئْسَ (sejelek-jelek)
yang dijelaskan dengan isim nakirah. Seperti: نِعْمَ قَوْماً
مَعْشَرُهُ (sebaik-baik
kaum adalah keluarganya).
2)
Al-Mustatir yang boleh, yaitu
yang bisa digantikan oleh isim dhahir (isim biasa yang bukan dhamir) ataupun dhamir
munfashil.
a)
Dhamir yang terletak dalam fi’il
untuk orang ketiga baik untuk mudhakkar (laki-laki) atau muannats
(perempuan). Contoh: زَيْدٌ قَامَ (Zaid telah berdiri) danهِنْدٌ قَامَتْ (Hindun telah berdiri). contoh
berikut: زَيْدٌ قَامَ أَبُوْهُ (Zaid telah berdiri bapaknya). Contoh berikutnya: هِنْدٌ قَامَتْ
أُمُّهاَ (Hindun
telah berdiri ibunya).
b)
Dhamir yang terletak dalam isim-isim
yang bertindak sebagai shifat (kata penjelas). Contoh: زَيْدٌ قَائِمٌ (Zaid berdiri) atau زَيْدٌ مَضْرُوْبٌ (Zaid terpukul) atau زَيْدٌ حَسَنٌ (Zaid baik) contoh berikut:زَيْدٌ قَائِمٌ
أَبُوْهُ (Zaid, bapaknya
berdiri) atau زَيْدٌ مَضْرُوْبٌ
أَخُوْهُ (Zaid, saudaranya
terpukul) atau زَيْدٌ حَسَنٌ قَلْبُهُ (Zaid, hatinya baik).
c)
Dhamir yang terletak dalam isim
fi’il madhi. Contoh: هَيْهَاتَ الأَمَلُ
إِذْ لَمْ يُسْعِدْهُ العَمَلُ (Telah jauh angan-angan jika tidak dibantu oleh kerja).
G.
Adat
Istifhām
A.
Pengertian Istifhâm
Secara etimologi
kata al-istifhâm (الإستفهام) berakar kata dari bahasa Arab yaitu kata fahima (فهم) yang artinya ia telah
paham atau ia telah tahu, yang mendapat tambahan huruf alif (ا), sin(س), dan ta (ت), menjadi istifhâmun (إستفهام) yang memiliki arti minta
untuk diberitahukan.
Sedangkan
menurut terminologi menurut pendapat Al-Hasyimi (1960:85) dan
Al-Gulayayni (2007:91)mengemukakan pendapatnya seperti berikut:
الإستفهام هو طلب العلم بشئ لم يكن معلوما من قبل
“istifhâm adalah mengharapkan untuk
mengetahui sesuatu yang belum diketahui sebelumnya”.
اسم الإستفهام هو اسم مبهم يستعلم به عن شيء
“Istifhâm
adalah kata yang samar maksudnya dipakai untuk mengetahui atau mencari
kejelasan tentang sesuatu”.
Maksud dari
pengertian kedua diatas: suatu ucapan yang dipergunakan untuk menanyakan
sesuatu agar si penanya mengetahuinya.
B.
Adat Istifhâm
Adat Istifhâm
atau alat kata tanya itu terdiri dari sebelas kata, yaitu al-hamzah (الهمزة) hal(هل), mâ (ما), man (من), matâ (متى), kaifa (كيف), aina (أين), ayyâna (أيّان), annâ (أنىّ), kam (كم), dan ayyu (أيّ).
1)
Al-hamzah
(أ)
Hamzah digunakan untuk yang berakal, contohnya: اَطَلَعَةِالشَمْشِ؟ (Apakah
matahari telah terbit?).
2)
Hal (هل)
Hal digunakan juga untuk makhluk yang berakal, contoh: هَلْ اَنْتَ زَيْدٌ؟(Apakah Engkau Zaid?).
3)
Man (من)
Man digunakan untuk menanyakan makhluk yang berakal. Contoh: مَنْ هذَالرَجُلُ؟ (Siapa laki-laki ini?).
4)
Mâ (ما)
Mâ ini digunakan untuk menanyakan sesuatu yang tidak berakal.
Contohnya: مَالْاِسْرَاف؟ (Berlebihankah itu?).
5)
Matâ (متى)
Matâ ini digunakan untuk menanyakan keterangan waktu (zaman
waktu), baik yang lalu maupun yang akan datang. Contohnya: مَتَى يَعُوْدُ الْمُسَافِرُوْنَ؟(Kapankah para musafir itu kembali?).
6)
Ayyâna (ايان),
Ayyâna ini digunakan untuk menanyakan keterangan waktu yang akan
datang secara khusus, tetapi merupakan masa yang mengejutkan dan dikategorikan
bersejarah, bukan masa yang lain. Contohnya: يسأل أيان يوم القيامة(Ia bertanya, kapankah hari kiamat itu terjadi?).
7)
Kaifa (كيف)
Kaifa ini digunakan untuk menanyakan keterangan keadaan, menuntut
menentukan suatu keadaan tertentu. Contoh: كَيْفَ اَنْتَ؟ (bagaimana keadaan kamu?).
8)
Aina (أين)
Aina diguankan untuk menayakan keterangan tempat.Contoh:
أَيْنَ الطَبِيْبَ؟ (Dimanakah dokter itu?)
9)
Anna (انى)
Annâ ini mempunyai tiga makna yang berbeda, yaitu:
a) Bi ma’na kaifa.
Contoh : هذه الله بعد موتهايحي أنّ (bagaimana
Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?)
b)
Bi ma’na min aina. Contoh:
يا مريم انّى لكِ هذا (hai Maryam dari mana kamu memperoleh ini?)
c)
Bi ma’na matâ. Contohزد أنى شئت
10)Kam (كم)
Kam ini digunakan untuk menanyakan keterangan jumlah.Contoh:
كَمْ لَبِسْتُمْ؟ (berapa
lama kalian tinggal?)
11)Ayyu (أي)
Ayyu ini
digunakan untuk menanyakan dan menghendaki perbedaan antara salah satu dua hal
yang berserikat dalam satu urusan yang meliputinya. Contoh: اى الْفَرِقَيْنِ خَيْرٌ
مَقَامًا(manakah diantara kedua
golongan (kafir dan mukmin) yang lebih baik tempat tinggalnya?).
H.
Isim Maushũl
1.
Pengertian
Isim maushũl
(Kata Sambung) adalah isim yang berfungsi untuk menghubungkan beberapa kalimat
atau pokok pikiran menjadi satu kalimat. Maksudnya, bahwa setiap isim ma’rifat
itu akan menjadi jelas bila bersambung dengan kalimat sesudahnya, yang
dinamakan shilah. Shilah(anak kalimat) itu harus memiliki dhamir
yang kembali pada isim maushul, yang dinamakan a’id. Dalam bahasa
Indonesia, kata sambung semacam ini diwakili oleh kata: "yang".
Bentuk asal atau dasar dari isim maushũl adalah: الَّذِيْ (yang).
2.
Pembagian isim
maushũl
a) Isim
maushũl ismi
Isim maushũl ismi adalah isim maushũl
isim yang selamanya butuh kepada shilah dan a’id.
Contoh : جَاءَ الَذِّي قَامَ اَبُوْهُ = telah datang seseorang yang ayahnya berdiri.
b) Isim
Maushũl Harfi
Isim maushũl harfi adalah semua hurũf yang
dengan shilahnya di ta’wili dengan masdar.
1)
Hurũf أنْ “an”
dengan dibaca fathah, ini bisa masuk pada fi’il madli, fi’il
mudlori’, fi’il Amar.
2)
Huruf أَنَّ “anna”
contoh= أَوَلَمۡ يَكۡفِهِمۡ أَنَّآ
أَنزَلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡڪِتَـٰبَ يُتۡلَىٰ عَلَيۡهِمۡۚ إِنَّ فِى ذَٲلِكَ
لَرَحۡمَةً۬ وَذِڪۡرَىٰ لِقَوۡمٍ۬ يُؤۡمِنُون
3)
Huruf كَىْ “kai” hanya bisa masuk pada fi’il mudlori’
saja.
contoh= جِئْتُ لِكَىْ تُكْرِماَ زَيْداً “saya datang
supaya kamu memuliakan atas Zaid”
4)
Huruf مَا “mâ” ada yang berbentuk masdariyah dharfiyyah,
dan ada yang masdariyah ghairu dharfiyyah.
Masdariyah dharfiyyah = لَااَصْحَبُكَ ماَ دُمْتَ مُنْطَلِقاً “saya tidak bisa menemanimu selama kamu pergi”
Masdariyah ghairu dharfiyyah = عجِبْتُ مِماَ ضَرَبْتَ زَيْداً “saya heran tentang pukulanmu kepada Zaid”
5)
Huruf لَوْ “ lau”
huruf ini bisa masuk pada fi’il madli dan juga fi’il mudlori’.
Fi’il madli = وَدِدْتُ لَوْ قاَمَ زَيْدٌ “saya
senang jika Zaid sudah berdiri”
Fi’il mudlori’ = وَدِدْتُ لَوْ يَقُوْمُ زَيْدٌ “saya senang jika Zaid berdiri”
3.
Bentuk-bentuk
isim maushũl
a)
Bentuk isim maushũl mufrad
(tunggal) dan mutsanna (dua)
“Adapun isim
mausũl yaitu الَّذِي (jenis laki; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil) dan
untuk jenis (perempuan; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil) yaitu الَّتِي.
Contoh mufrad:
جَاءَ نِيْ الَذِّي قَامَ “datang kepadaku seorang(laki-laki) yang berdiri”.
جَاءَ تْنِيْ الَذِّي قَامَ “datang kepadaku seorang (perempuan) yang berdiri”.
Contoh mutsanna:
Mutsanna mahal rofa’ = جَاءَ
الَلذِّانِ قَامَ ابُوْهُماَ “ telah datang dua orang yang ayah keduanya berdiri”
Mutsanna mahal nashab = رَاَيْتُ اللَّذَيْنِ قَامَ ابُوْهُماَ “saya melihat
dua orang yang ayah keduanya berdiri”
Mutsanna mahal jarr
= مَرَرْتُ
بِللَّتَيْنِ قَامَ ابُوْهُماَ “saya bertemu
dengan dua orang yang ayah keduanya berdiri”
b)
Bentuk Isim Maushũl Jama’
(Banyak)
Jamak-nya lafadz الَّذِي adalah الألَى atau الَّذِيْنَ secara
mutlak (baik untuk mahal rofa’, nashab dan jarr). Ada
sebagian dialek orang Arab berbicara dengan menggunakan wawu ketika mahal
Rofa’ (menjadi: اَلَّذُوْنَ ). Lafadz الَّتِي dijamakkan dengan
menjadi اللاَّتِ atau اللاَّءِ. Ditemukan juga اللاَّءِ dihukumi
seperti الَّذِيْنَ tapi jarang. Contoh:
Mahal rofa’ = جَاءَ نِيْ الَّذِّيْنَ قاَمُوْا “datang
kepadaku mereka yang semuanya berdiri”
Mahal nashab = رَاَيْتُ الَّذِّيْنَ قاَمُوْا “saya melihat mereka yang semuanya berdiri”
Mahal jarr = مَرَرْتُ بِالَّذِّيْنَ قاَمُوْا “saya bertemu
dengan mereka yang semuanya berdiri”
Mahal rofa’ بالوو = نَحْنُ اللَّذُوْنَ صَبَحُوْا
الصَّبَاحَا يَوْمَ النٌّحَيْلِ غاَرَةً
مِلْحَاحَا “kami datang diwaktu pagi-pagi
sekali dihari peperangan di tanah Syam karena menggegerkan musuh juga kami
sungguh menjelekkannya”.
c)
Bentuk Isim Maushũl Mutlaq (Umum)
Adapun isim mausũl
مَنْ, مَا , dan أَلْ adalah menyamakan
hukumnya dengan isim mausũl yang telah disebut sebelunnya. Contoh =جَاءَ نِيْ مَنْ قَامَ، وَمَنْ قَامَتْ،
وَمَنْ قَامَا، وَمَنْ
قَامَتَا، وَمَنْ قَامُوْا، وَمَنْ
قُمْنَ
d)
Bentuk Isim Maushũl Dza (ذَا)
Isim mausũl ذَا statusnya sama dengan
isim mausũl مَا (dipakai untuk tunggal, dua, jamak, laki-laki dan perempuan),
dengan syarat (1) ذَا jatuh sesudah ما istifham atau من istifham, (2); ذَا tidak dibatalkan
didalam kalam (maksudnya: ذَا dan ما atau من tersebut, tidak
dijadikan satu kata istifham (kata tanya).
Contoh = مَنْ ذاَ جَاءَكَ - مَاذاَ عِنْدَكَ “siapa orang yang datang kepadamu” – “tidak ada orang yang
disampingmu”.
e)
Bentuk Shilah Isim Maushũl
Shilah yang
tersambung oleh isim mausũl, biasanya terdiri dari jumlah atau shibhul
jumlah (serupa jumlah).
Contoh =
عِنْدَكَ جَاءَ نِيْ الَذِّي “datang kepadaku seorang yang ada disampingmu”
فِي الدَّرِ جَاءَ نِيْ الَذِّي “datang kepadaku seorang yang didalam rumah”.
Bentuk sifat sharihah (isim fai’l atau isim maf’ul
atau sifat musyabbah) merupakan shilah untuk isim mausũl ال “Al”, sedangkan
shilah-nya yang berupa fi’il mu’rob (fi’il mudhori’) jarang
adanya. Contoh:
Isim fa’il = جَاءَ نِيْ الضَّارِبٌ “datang kepadaku orang yang memukul”.
Isim maf’ul = جَاءَ نِيَ المَضْرُوبٌ “datang kepadaku orang yang dimukul”
Sifat musyabbihat = جَاءَ نِيْ الحَسَنُ وَجْهُهُ “datang kepadaku orang yang memiliki wajah tampan”.
f)
Bentuk Isim Maushũl Ayyun
(أَيٌّ) dan Shilahnya
Isim mausũl أيّ “ayyun” dihukumi seperti isim mausũl “ma” (bisa
untuk mudzakkar, muannats, mufrod, mutsanna juga jama’) selagi
tidak mudhaf dan shadar silah-nya (‘aid yang menjadi permulaan shilah)
adalah berupa dhamir yang terbuang. Contoh=
يُعْجِبُنِي اَيٌ قَائِمٌ “manakah orang
yang berdiri yang telah mengagumkanku”
يُعْجِبُنِي اَيٌهُمْ هُوَ قَائِمٌ “manakah kaum yang
telah mengherankanku yang mana dia orang yang berdiri”
يُعْجِبُنِي اَيٌ هُوَ قَائِمٌ “manakah orang yang telah mengherankanku yang mana dia orang yang berdiri”
g)
Bentuk Pembuangan Shadar Shilah
(‘Aid Majrur)
Pembuangan ‘aid yang di-khafadkan atau dijarkan oleh kata
sifat. Seperti lafadz أَنْتَ
قَاضٍ ( takdirannya: أَنْتَ قَاضِيْه ) setelah fi’il amarnya lafadz قَضَى. Contoh=
فَاقْضِ
مَا أَنْتَ قَاضٍ “maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan..”(Q.S.
Tha-Hâ: 72)
Demikian juga (sering membuang ‘aid pada shilah maushũl) yaitu ‘aid
yang dijarkan oleh hurũf yang mengejarkan isim maushũlnya (dengan
‘amil yang seragam). Contoh=
مُـــرَّ
بِــالَّذِي مَرَرْتُ (takdirannya: مُـــرَّ بِــالَّذِي مَرَرْتُ بِهِ) “berjalanlah kamu dengan orang yang mana saya telah bertemu.”