Rabu, 22 Januari 2014

RANGKUMAN BAHASA ARAB I


RANGKUMAN BAHASA ARAB I

Nadlirin - 136015245
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

A.          Aqsāmul Kalām

1.     Pengertian Kalâm
Yang dinamakan Kalâm menurut ulama’ nahwu adalah: lafadz yang disusun (dua keatas) yang memberikan faedah dan disengaja oleh orang yang berbicara. Sebagaimana lafadz :زيد يجتهد  (Zaid adalah orang yang bersungguh-sungguh) جاء زيد قائم (Zaid datang dengan keadaan berdiri).
Sedangkan yang dinamakan kalimat (كلمة) adalah: lafadz satu yang menunjukkan arti, seperti pada lafadz: زيد – الى – قال atau lafadz: جاء بكر من. Adapun yang dinamakan lafadz adalah: suara yang mengandung dari sebagian huruf hijaiyyah. Yang dinamakan kalim iyalah: kumpulnya kalimat tiga keatas baik terdiri dari isim-fi’il-hurũf; seperti ان عمرا قام, atau kalimat isim semua;  زيد اكل خيرا atau berupa kalimat fi’il semua; قم قم قم, atau hurũf semua; لم لم لم.
2.     Pembagian Kalâm
Kalâm dibagi menjadi tiga, yaitu: isim-fi’il-hurũf.
a)     Isim
Mana-mana kalimat yang bisa menunjukkan arti dengan sendirinya dan tidak disertai dari salah satu zaman tiga (madly – hâl-istiqbâl). Contohnya: باب – بيت – استذ – مسجد
Tanda-tanda kalimat isim ada 6 (enam) yaitu:
1)     Tanwin (-ً-ٍ-ٌ-), contohnya: زيدٌ
2)     Jar (جر) , contohnya:بكرٍ
3)     Al (ال) , contohnya: الرجلُ
4)     Nida’ (ندا) , contohnya: يا عمرُ
5)     Musnad (مسند) , contohnya: قمتُ
6)     Hurũf Jar (حرف جر) , contohnya: مررت بسعيدٍ


b)     Fi’il
Setiap kalimat yang bisa menunjukkan arti dengan sendirinya dan disertai dengan zaman tiga (madly–hâl-istiqbâl). Contohnya:  جلس ضرب اكل كتب نصر .
Tanda-tanda kalimat fi’il yaitu:
1)     Qad (قد) contohnya: قد قام زيدٌ
2)     Syin (سين) contohnya: سيقول بكرٌ
3)     Saufa (سوف) contohnya: سوف استغفركَ
4)     Ta’ta’nist (تاءتاءنيث) contohnya: قامتْ هندٌ

Dalam hal ini kalimat fi’il dibagi 3 tiga macam, yaitu:
a)     Fi’il Madli
Fi’il yang menunjukkan masa yang sudah lewat atau lampau, sebagimana contoh: فعل – علم - كتب
b)     Fi’il Mudlori’
Kalimat fi’il yang menunjukkan masa yang sedang dikerjakan, contohnya: يفعل – يعلم – يكتب
c)      Fi’il Amar
Kalimat fi’il yang menunjukkan seruan atau adanya perintah, contohnya: اكتب – اعلم – افعال

c)      Hurũf
Kaliamt hurũf adalah: kalimat yang tidak bisa menunjukkan arti dengan sendirinya, kecuali dirangkaikan dengan kalimat lainnya, misalnya: في من عن لم.
Tanda-tanda kalimat hurũf ialah: kalimat yang tidak sah diberi tanda atau alamatnya kaliamt isim dan fi’il, jadi kalimat hurũf tandanya ma’nawiyyah (tidak bisa dilihat). Seperti contoh: هل لم على.
Selain kalâm, kalim, dan kalimat didalam bahasa arab ada yang dinamakan qaũl (lafadz yang bisa memberikan faedah secara mutlaq) karena didalam qaũl terdapat kalâm, kalim, dan kalimat.

B.          An-Nakirah Wa Ma’rifat

وانْقَسَمَت معرفةٌ لِلخمسَة وذالك المُضمَرُ نحوُ انتِ
وعلمٌ ومبهمٌ واسمٌ يَلي اَلْ نحوُ جاَلغُلامُ للفَتى العَلي
ثم لواحدٍ اُضيفَ النَّكرة ماشاء في جنسٍ بغيرِ خاصَّة

Isim itu dibagi dua macam: 1). Isim Nakirah, 2). Isim Ma’rifat. Adapun penjelasanya sebagai berikut:
1.      Isim Ma’rifat
Isim yang menunjukkan sesuatu yang tertentu atau nyata, isim ma’rifat banyaknya ada lima bagian:
a)     Isim Dlamir Contohnya: هُوَ - هماَ - هُمْ الخ
b)     Isim ‘Alam(nama) Contohnya: زَيْدٌ - مَكَّة - فَرَسٌ - وَاسِقٌ
c)      Isim Mubhâm(Istifhâm) Contohnya: هذاَ - الذِّي
d)     Isim yang diberi Al Contohnya:  الرَّجُلُ - المرْءَةُ
e)     Isim Nakirah yang di-mudlafkan kepada salah satu dari isim ma’rifat yang empat tadi
Contohnya: غُلاَمُ زيْدٍ - غلامُ هذاَ - غلامُ الذِّي - غلامُ الرَّجُلِ

2.     Isim Nakirah
Isim yang ma’na-nya masih menunjukkan arti umum, jadi tidak khusus kepada sesuatu yang dituju, maksudnya isim nakirah diletakkan karena sesuatu yang belum tertentu atau belum nyata. Adapun tanda-tanda isim nakirah adalah: patut diberi Al.
Contohnya: رجُلٌ - امرَءَةٌ - فَرَسٌ
Maka sah dikatakan الرَّجُلُ - المرْءَةُ – الفَرَسُ itu menyebabkan ma’rifatnya lafadz.


C.           Al-Mutsanna Wa Al- Jam’u

1.       Definisi al-mutsanna
Isim menurut jumlahnya dibagi menjadi tiga yaitu mufrad, mutsanna dan jama’.
a)     Isim mufrad adalah isim yang menunjukkan arti satu. Seperti مُحَمَّدٌ dan رَجُلٌ

b)     Isim mutsanna ialah isim yang menunjukkan arti dua, dengan menambahkan alif dan nun untuk marfu’ atau ya’ dan nun. jika majrur da manshub Seperti: كِتَابَانِ dan كِتَابَيْن (dua buku).seperti: اِ مْرَأَ ةٌ menjadi اِمْرَأَتَانِ- رَجُلٌ menjadi رَجُلَان.
jika mutsanna menjadi mudhaf maka nun-nya dibuang dan dikecualikan dari itu jika:
1)     Isim maqsũr, maka alifnya diganti dengan ya’ jika berupa empat huruf atau lebih dan dikembalikan pada asalnya jika tiga huruf, Contoh:
دَعْوَى   menjadi     دَعْوَيَانِ.
مُصْطَفَى   menjadi     مُصْطَفَيَانِ.
عَصًا   menjadi     عَصَوَانِ.

2)     Isim mamdũd, jika untuk muannats hamzahnya diubah menjadi (wawuو , tetapi jika ia asli dan boleh dua keadaan jika ia untuk ilhaq (penggolongan), atau penggantian dari asal. Contoh:
صَحْرَاْءٌ   menjadi    صَحْرَاوَانِ.
سَوْدَاءٌ   menjadi    سَوْدَاوَانِ.
قُرَّاءٌ   menjadi    قُرَّاءَانِ.
وُضَّاءُ   menjadi   وُضَّاءَانِ.
عِلْبَاءٌ   menjadi عِلْبَاءَانِ   atau   عِلْبَاوَانِ.
كِسَاءٌ   menjadi كِسَاءَانِ   atau   كِسَاوَانِ.

3)     Isim manqũs, jika terbuang maka ya’ nya dikembalikan. Contoh:
هَادٍ   menjadi   هَادِيَانِ.
مُهْتَدٍ   menjadi    مُهْتَدِيَان.
Adapun isim murakkab tidak bisa dijadikan mutsanna seperti بَعْلَبَكَ  dan سِبَوَيْهٍ.
c)      Isim jama’ ialah isim yang menunjukkan arti lebih dari dua. Jama’ ada tiga bagian jama’ mudzakar salim, jama’ muannas salim dan jama’ taksir.

2.       Pembagian jama’

a.      Jamak mudzakar salim ialah bentuk jama’ yang menunjukkan arti lebih dari dua dengan menambahkan و dan ن (ketika rofa’) atau ي dan ن (ketika nashab dan jar) tanpa ada perubahan padanya. Seperti: مُؤْمِنُوْن (orang-orang mu’min laki-laki) dan مُؤْمِنُيْن (orang-orang mu’min laki-laki).
Dan dikecualikan dari itu jika:
1). Isim manqũs, ya’-nya dibuang dan hurũf sebelum wawu di-dlummah atau huruf sebelum ya’ dikasroh untuk penyesuaian. Contoh: هَادٍ menjadi هَادُوْنَ atau هَادِيْن.
2). Isim maqsũr, alif-nya dibuang dan harakat sebelum wawu atau ya’ tetap di-fathah sebagai tanda bagi alif. Contoh: مُصْطَفَى menjadi مَصْطَفَوْنَ atau مُصْطَفَيْن.

b.     Jamak muannas salim ialah isim yang menunjukkan arti lebih dari dua dengan menambah alif dan ta’ dan tidak mengubah bentuk mufradnya. Sepertiزَيْنَبٌ  menjadi زَيْنَبَاتٌ. Dan dikecualikan dari itu jika:
1). Isim yang berakhiran dengan ta’ marbuthahة ) maka ta’ ini dibuang lalu hubungkan alif dan ta’. Contoh: فَاطِمَةٌmenjadi  فَاطِمَاتٌ.
2). Isim maqsũr dan mamdũd, maka tetap sebagaimana membentuk musanna dari keterangan diatas dengan menambah alif dan ta’. Contoh:
حُبْلَى   menjadi    حُبْلَيَاتٌ صَحْرَاءٌ   menjadi  صَحْرَوَاتٌ
هُدَى   menjadi   هُدَيَاتٌ    عِلْبَاء menjadi  عِلْبَاوَاتٌdanعْلْبَاءَاتٌ
رِضا   menjadi   رِضَوَاتٌ.
3). Dan isim-isim seperti دَعْدٌ  dan سَجْدَةٌ, maka ‘ain fi’ilnya diharakati dengan fathah. Contoh: دَعَدَاَتٌ dan سَجَدَاتٌ ketentuan seperti itu adalah jika jika isim itu tsulasi, sahih ‘ain nya, sukun ‘ain-nya dan fa’-nya berharakat fathah maka tidak ada perubahan bentuk.

c.      Jamak taksir adalah isim yang menujukkan arti lebih dari dua dengan perubahan bentuk mufrad-nya. Seperti: رِجَالٌ dan عَرَائِشُ (pengantin-pengantin perempuan).
Jamak taksir itu mempunyai 21 wazan. Untuk jamak qillah (yakni mulai dari tiga hingga 10) dari 21 wazan itu adalah 4 wazan yaitu:  أَفْعُلٌ, أَفْعَلٌ, أَفْعِلَةٌdan فِعْلَةٌ seperti اَنْفُسٌ, اَجْدَادٌ, اَعْمِدَةٌ dan فِتْيَةٌ.
Dan untuk jamak katsrah (yakni mulai dari 11 dan seterusnya tidak terbatas) ada 17 wazan. Contoh:

Wazan Jama’
Contoh Jama’
فُعْلٌ
حُمْرٌ
فِعْلٌ
قِطَعٌ
فُعَلٌ
صُوَرٌ
فُعُلٌ
كُتُبٌ
فِيْعَلٌ
فِيْلَةٌ
فَعَلَةٌ
سَحَرَةٌ
فَعَالٌ
هُدَاةٌ
فَعْلَى
مَرْضَى
فُعَّالٌ
عُدَّالٌ
فُعَّلٌ
رٌكَّعٌ
فُعَلَاءُ
نُبَهَاءُ
فُعُوْلٌ
قُلُوبٌ
فِعَالٌ
جِبَالٌ
فِعْلَانٌ
غِلْمَانٌ
فُعْلَانٌ
قُضْبَانٌ
أَفْعِلَاءُ
اَنْبِيَاءُ






















Dan sighat muntahal jumuk (setiap jamak yang terdiri dari dua hurũf atau tiga hurũf dengan hurũf tengahnya mati setelah alif jamak taksir-nya) sepertiدَرَاهِمَ  danدَنَانِيْرَ  Sighat ini mempunyai 7 (tujuh) wazan, yaitu:

1)     Wazan فَعَائِلُ sepertiصَحِيْفَةٌ   menjadi  صَحَائِفُ
2)     Wazan فَعَالِيُّ sepertiكُرْسِيٌّ   menjadi  كَرَاسِيُّ
3)     Wazan فَوَاعِلُ seperti  جَوْهَرُ  menjadi جَوَاهِرُ
4)     Wazan فَعَالِلُ seperti  جَعْفَرُ  menjadi جَعَافِرُ
5)     Wazan فَعَالِي seperti سَعْلَاةٌ   menjadi سَعَالِي
6)     Wazan فَعَالَى seperti سَكْرَانٌ  menjadiسَكَارى  
7)     Dan Wazan فُعَالَى 


 
D.           Hurũf Jar

Definisi “hurũf” yang menge-jar-kan isim yang jatuh setelahnya. Atau yang memberi baris bawah “harakat kasrah” pada isim. Adapun pembagian huruf jar beserta contohnya yaitu:
الباء، من، الى، عن، على، فى، الام، حتى، الكاف،
الواو، التاء، مذ، منذ، ربّ، خلا، عدا، حاشا، كى، متى، لعلّ
1)            . الباء Ilshaq menunjukkan arti bertemu contoh: امسكت بيدك.
a)     Istianah digunakan sebagai bantuan contoh: كتبت الدرس بالقلم.
b)     Sababiyyah menunjukkan arti sebab dari suatu pekerjaan.
contoh: فكلا اخذنا بنبه.
c)      Ta’diyyah memuta’adikan fi’il lazim contoh: ذهب الله بنورهم.
d)     Qasam menunjukkan arti sumpah contoh: بالله. Dan: بالله لافعلن كذا.
e)     Ta’widl menggantikan sesuatu dari sesuatu yang lain sebagai imbalan dari sesuatu yang lain tersebut. contoh: اشتريت الثوب بألف روبية.
f)       Musahabah menunjukkan arti bersamaan (ma’a).
contoh: ادخلوها بسلام امنين.
g)     Tab’idl menunjukkan arti sebagian contoh:  عينا يشرب بها عبادالله.
h)     Mujawazah menunjukkan arti melewati atau tentang (‘an).
contoh: فسأل به خبيرا

2)            . من Tab’idl Menunjukkan arti sebagian contoh:  منهم من كلّم الله.
a)     Bayanil jinsi Menjelaskan jenis dari sesuatu.
contoh: فاجتنبوا الرّجس من الأوثان.
b)     Ibtida’ makaniyyah Menunjukkan arti permulaan suatu tempat contoh: سرت من المعهد الى البيت.
c)      Ibtida’ zamaniyyah Menunjukkan arti permulaan dari suatu waktu contoh: انتضرتك من الظهر.
d)     Zaidah Menunjukkan arti tambahan contoh: ما جاءنا من بشير.
e)     Sababiyyah Menunjukkan arti sebab dari suatu pekerjaan
contoh: منما خطيئاتهم اغرقوا.
f)       Mujawazah Menunjukkan arti melewati atau tentang (‘an).
contoh: فويل للقاسية قلوبهم من ذكرالله.

3)            . الى Intiha-ũ zamaniyah Menunjukkan arti akhir untuk waktu.
contoh: ثمّ اتموا الصيام الى الليل.
a)     Intiha-ũ makaniyyah Menunjukkan arti akhir untuk tempat.
contoh: من المسجد الحرام الى المسجد الأقصى
b)     Musahabah menunjukkan arti bersamaan (ma’a).
contoh: ولاتأكلوا اموالهم الى اموالكم

4)            . عن Mujawazah menunjukkan arti melewati atau tentang (‘an).
contoh: سافرت عن البلد
a)     Bima’na ba’da menunjukkan arti setelah contoh: عن قريب ازورك
b)     Isti’la menunjukkan arti ‘alaa contoh: ومن يبخل فإنما يبخل عن نفسه
c)      Sababiyyah menunjukkan arti sebab dari suatu pekerjaan.
contoh: وما نحن بتاركى الهتنا عن قولك
d)     Tab’id menunjukkan arti sebagian contoh: وهو الذى يقبل التوبة عن عباده

5)            على Isti’la menunjukkan arti alâ. contoh: وعلى الفلك تحملون
a)     Dharfiyyah menunjukkan arti di dalam contoh:
 ودخل المدينة على حين غفلة من اهلها
b)     Mujawazah menunjukkan arti melewati atau tentang (‘an) contoh: اذا رضيت على تنو قشير
c)      Sababiyyah menunjukkan arti Sebab dari suatu pekerjaan.
contoh: ولتكبروا الله على ما هداكم
d)     Musahabah menunjukkan arti bersamaan (ma’a) contoh:
 واتى المال على حبه
e)     Bima’na min menunjukkan arti min contoh:
 اذا اكتالوا على الناس يستوفون
f)       Bima’na ba’ menunjukkan arti ba’ contoh: اركب على اسم الله
g)     Istidrok menunjukkan arti tetapi (lakin) contoh:
 على انه لاييأس من رحمة الله

6)            فى Dharfiyyah menunjukkan arti “di dalam” atau “di” atau “pada”.
contoh: صليت فى اخر اليل
a)     Sababiyyah menunjukkan arti Sebab dari suatu pekerjaan.contoh: دخلت امراة النار فى هرّة حسبتها
b)     Musahabah menunjukkan arti bersamaan ( ma’a) contoh:
 ادخلوا فى امم
c)      Isti’la menunjukkan arti alaa contoh: لأصلبنكم فى جذوع النخل
d)     ilshaq menunjukkan arti bertemu contoh: مشيت فى محمّد
e)     intiha’ menunjukkan arti ilaa contoh: فردّوا ايديهم فى افوامهم

7)            الام milki menunjukkan arti kepunyaan contoh: هذا الكتاب لزيد.
a)     Syibhul milki menunjukkan arti seperti kepunyaan contoh: الباب للمدرسة
b)     Sababiyyah menunjukkan arti sebab dari suatu pekerjaan.contoh: جئت هنا لتعلم اللغة العربية.
c)      Ta’diyyah me-muta’adikan fi’il lazim contoh: يسن الصوم عرفة للمسلمين.
d)     Intiha’ menunjukkan arti ilaa contoh: كلّ يجرى لآجل مسمى.
e)     Isti’la menunjukkan arti alaa contoh: ويخرون للأذقان.
f)       Musahabah menunjukkan arti bersamaan ( ma’a ).contoh:
 لطول اجتماع لم نبت ليلة معا.
g)     Waqti menunjukkan arti waktu contoh: كتبته لأخير شهر رجب.
h)     Zaidah menunjukkan arti tambahan contoh: يا بئس للحرب.

8)            الكاف Tasybih Menunjukkan arti menyerupakan sesuatu dengan sesuatu. contoh: زيد كالبدر.
a)     Sababiyyah menunjukkan arti Sebab dari suatu pekerjaan.contoh: وذروه كما هداكم.
b)     Isti’la menunjukkan arti ‘alaa contoh: ويخرّون للأذقان.
c)      Zaidah menunjukkan arti tambahan contoh: ليس كمثله شيئ.

9)            حتى Intiha’ Menunjukkan arti akhir contoh: كلوا وشربوا حتى يتبين.
10)       الواو Qasam Menunjukkan arti sumpah contoh: والفجر وليال عشر.
11)       التاء Qasam Menunjukkan arti sumpah contoh: تالله.
12)       مذ Ibtida’ Menunjukkan arti permulaan contoh: ما رايتك مذ يوم الجمعة.
13)       منذ Ibtida’ Menunjukkan arti permulaan contoh: ما حضرت هنا منذ يوما.
14)       رب Taqliil dan taktsir Menunjukkan arti menyedikitkan dan memperbanyak contoh: الا ربّ مولود وليس له اب، ربّ تلميذ لقيته.
15)       خلا Istitsna’ Menunjukkan arti pengecualian contoh: جاء الطلبة خلا محمد.
16)       عدا Istitsna’ Menunjukkan arti pengecualian contoh:جاء الطلبة عدا محمد.
17)       حاشا Istitsna’ Menunjukkan arti pengecualian.
 contoh: جاء الطلبة حاشا محمد.
18)       كى Sababiyyah Menunjukkan arti Sebab dari suatu pekerjaan contoh: جئت هنا كى أزورك.
19)       متى Bima’na min Menunjukkan arti min -
20)       لعل Tarajji Menunjukkan arti pengharapan contoh:
 ادع الطلاب لعل استاذ يحضر.

 
E.           Mubtada’ dan Khabar

1.     Definisi
اَلْمُبْتَدَأُ : هو اَلِاسْمُ اَلْمَرْفُوعُ اَلْعَارِي عَنْ اَلْعَوَامِلِ اَللَّفْظِيَّةِ وَالْخَبَرُ هُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَرْفُوعُ اَلْمُسْنَدُ إِلَيْهِ, نَحْوَقَوْلِكَ "زَيْدٌ قَائِمٌ"وَ"الزَّيْدَانِ قَائِمَانِ"وَ"الزَّيْدُونَ قَائِمُونَ "
Mubtada ialah isim marfu' yang bebas dari amil lafazh, sedangkan khabar ialah isim marfu' yang di-musnad-kan kepada mubtada, contohnya seperti perkataan: قَائِمٌ زَيْدٌ (Zaid berdiri); قَائِمَانِ الزَّيْدَانِ (dua Zaid itu berdiri) قَائِمُونَ الزَّيْدُونَ (Zaid-Zaid itu berdiri).

2.     Pembagian Mubtada’ dan Khobar
Mubtada’ itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu mubtada yang dhahir dan mubtada’ yang mudhmar(dhamir). Mubtada’ dlahir penjelasannya telah dikemukakan atau dhamir, seperti انت اهل للقضاء (kamu patut untuk menetapkan hukum-diantara manusia).
Sedangkan mubtada yang mudhmar (isim dhamir) ada dua belas, yaitu:  أنا (saya),  ونحن (kami atau kita), وأنتَ (kamu-laki-laki), وأنتِ (kamu-perempuan), أنتما (kamu berdua -laki-laki atau perempuan), وأنُتم (kalian-laki-laki), أنتن (kalian-perempuan), وهو (dia-laki-laki), وهى (ia-perempuan), وهما (mereka berdua-laki-laki atau perempuan), وهم (mereka semua-laki-laki), وهن (mereka semua-perempuan),seperti perkataan ( قائم أنا ) (Saya itu berdiri) ( قائمون نحن) (Kami itu berdiri). Khabar itu ada dua bagian, yaitu khabar mufrad dan khabar ghair mufrad.
a)     khabar mufrad
Adalah khabar yang bukan berupa jumlah (kalimat) dan bukan pula menyerupai jumlah.
Contoh: قَائِمٌ زَيْد (Zaid berdiri); kedua-duanya isim mufrad.
Dan juga termasuk khabar mufrad bila mubtada dan khabar itu terdiri dari isim tatsniyah dan jamak, seperti contoh di bawah:
قَائِمُونَ الزَّيْدُونَ = Zaid-Zaid itu berdiri;  قَائِمَانِ الزَّيْدَانِ = dua Zaid itu berdiri.

b)     khabar ghair mufrad
Ialah khabar yang terdiri dari jumlah, seperti jumlah ismiyah (mubtada dan khabar lagi), atau jumlah fi'liyyah (yaitu terdiri dari fi'il dan fa'il). Khabar ghair mufrad ada empat macam, yaitu: 1). Jar dan majrur; 2). dharaf; 3). fi'il beserta fa'ilnya; dan 4). mubtada beserta khabarnya.
Contohnya seperti perkataan: زيد في الدار (Zaid berada di dalam rumah); khabarnya terdiri dari jar dan majrur. زيد عندك(Zaid berada di sisimu); khabarnya dharaf, زيد قائم ابوه (Zaid, ayahnya telah berdiri); khabarnya terdiri dari fi'il dan fa'il. زيد جريته ذاهبة (Zaid hamba perempuannya pergi); khabar-nya terdiri dari mubtada dan khabar lagi.
Perlu diingatkan, bahwa khabar yang dibuat dari jumlah mubtada dan khabar, atau terdiri dari fi'il dan fa'il disebut khabar jumlah. Adapun khabar yang terdiri dari jar dan majrur atau dharaf disebut syibh jumlah (serupa) jumlah, karena jar-majrur dan dharaf itu bukan menjadi khabar yang sebenarnya, sebab yang menjadi khabar yang sebenarnya ialah muta'allaq-nya tersimpan atau tersembunyi, yang taqdir-nya dapat atau boleh dengan isim mufrad.

F.           AD-Dhamāir

1.     Definisi
Dhamir adalah tiap isim yang dibuat untuk mewakili mutakallim (si pembicara atau orang pertama), mukhatab (yang diajak berbicara atau orang kedua), ghâib (yang tidak ada di tempat atau orang ketiga). Contoh:
Mutakallimأَنَا (Saya) dan نَحْنُ (Kami).
Mukhatabأَنْتَ (Kamu) dan أَنْتُمْ (Kalian).
Ghâibهُوَ (Dia) dan هُمْ (Mereka).

2.     Pembagian Dhamir
A.      Al-Bariz, yaitu dhamir yang mempunyai bentuk dan tampak dalam lafazh. Seperti hurũf taa’ pada kata kerja قُمْتُ (Aku telah berdiri). Al-Bariz dari segi bersambung dan tidaknya terbagi menjadi dua:
1)     Al-Muttashil, yaitu dhamir yang bersambung dengan lafazh sebelumnya. Bahwa dhamir jenis ini tidak mungkin digunakan untuk mengawali ucapan dan juga tidak mungkin terletak setelah hurũf إِلاَّ (Kecuali).
2)     Al-Munfashil, yaitu dhamir yang tidak bersambung dengan lafazh apapun sehingga bisa digunakan untuk mengawali ucapan dan bisa diletakkan setelah hurũf إِلاَّ (Kecuali) Contoh: أَناَ (Saya) yang bisa digunakan untuk mengawali ucapan seperti: أَنَا مُؤْمِنٌ(Saya seorang mu’min) atau bisa juga diletakkan setelah hurũf إِلاَّ (Kecuali) seperti: مَا قَامَ إِلاَّ أَنَا (Tidak berdiri kecuali saya).

B.      Al-Mustatir, yaitu dhamir yang tidak mungkin tampak dalam lafazh akan tetapi bisa diperkirakan apa yang dimaksud. Seperti dhamir  أَنْتَ (Kamu) dalam kata قُمْ (Berdirilah!) yang meskipun tidak nampak dalam lafazh namun kita bisa perkirakan bahwa dhamir yang dimaksud adalah أَنْتَ karena kata perintah pasti ditujukan untuk orang kedua. Al-Mustatir terbagi menjadi dua:
1)     Al-Mustatir yang wajib, yaitu yang tidak mungkin digantikan oleh Isim dhahir (Isim biasa yang bukan dhamir) ataupun dhamir munfashil.
a)     Dhamir yang terletak dalam fi’il amr untuk orang kedua tunggal seperti kata قُمْ (Berdirilah!).
b)     Dhamir yang terletak dalam fi’il mudhari’ yang diawali oleh hurũf taa’ untuk orang kedua tunggal seperti kata تَقُوْمُ (Engkau berdiri).
c)      Dhamir yang terletak dalam fi’il mudhari’ yang diawali oleh hurũf alif atau nun seperti kata أَقُوْمُ (Saya berdiri) dan نَقُوْمُ (Kami berdiri).
d)     Dhamir yang terletak dalam fi’il istitsna’ (kata kerja yang berfungsi sebagai pengecuali) seperti kata خَلاَ, عَدَا dan لاَ يَكُوْنُ yang semuanya berarti “Kecuali,”.
e)     Dhamir yang terletak dalam fi’il dengan wazan أَفْعَلَ yang digunakan dalam ta’ajjub atau susunan untuk mengungkapkan ketakjuban pada sesuatu. Contoh:
ماَ أَحْسَنَ الزَّيْدَيْنِ (Betapa baiknya dua Zaid).
f)       Dhamir yang terletak dalam af’alut tafdhil (fi’il-fi’il yang berfungsi untuk melebihkan sesuatu dari yang lain). Contohnya dalam firman Allah ta’ala: وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْنٍ هُمْ أَحْسَنُ أَثَاثًا وَرِئْيًا (Berapa banyak umat yang telah kami binasakan sebelum mereka, sedang mereka adalah lebih bagus alat rumah tangganya dan lebih sedap dipandang mata).
g)     Dhamir yang terletak dalam asmaaul af’al Contoh: نَزَالِ (Turunlah).
h)     Dhamir yang terletak dalam isim mashdar Seperti dalam firman Allah: فَضَرْبَ الرِّقَابِ (Maka pancunglah leher-leher mereka).
i)       Dhamir yang terletak dalam fi’il contoh: نِعْمَ (sebaik-baik) dan بِئْسَ (sejelek-jelek) yang dijelaskan dengan isim nakirah. Seperti: نِعْمَ قَوْماً مَعْشَرُهُ (sebaik-baik kaum adalah keluarganya).

2)     Al-Mustatir yang boleh, yaitu yang bisa digantikan oleh isim dhahir (isim biasa yang bukan dhamir) ataupun dhamir munfashil.
a)     Dhamir yang terletak dalam fi’il untuk orang ketiga baik untuk mudhakkar (laki-laki) atau muannats (perempuan). Contoh: زَيْدٌ قَامَ (Zaid telah berdiri) danهِنْدٌ قَامَتْ (Hindun telah berdiri). contoh berikut: زَيْدٌ قَامَ أَبُوْهُ (Zaid telah berdiri bapaknya). Contoh berikutnya: هِنْدٌ قَامَتْ أُمُّهاَ (Hindun telah berdiri ibunya).
b)     Dhamir yang terletak dalam isim-isim yang bertindak sebagai shifat (kata penjelas). Contoh: زَيْدٌ قَائِمٌ (Zaid berdiri) atau زَيْدٌ مَضْرُوْبٌ (Zaid terpukul) atau زَيْدٌ حَسَنٌ (Zaid baik) contoh berikut:زَيْدٌ قَائِمٌ أَبُوْهُ (Zaid, bapaknya berdiri) atau زَيْدٌ مَضْرُوْبٌ أَخُوْهُ (Zaid, saudaranya terpukul) atau زَيْدٌ حَسَنٌ قَلْبُهُ (Zaid, hatinya baik).
c)      Dhamir yang terletak dalam isim fi’il madhi. Contoh: هَيْهَاتَ الأَمَلُ إِذْ لَمْ يُسْعِدْهُ العَمَلُ (Telah jauh angan-angan jika tidak dibantu oleh kerja).



G.           Adat Istifhām

A.      Pengertian Istifhâm
Secara etimologi kata al-istifhâm (الإستفهام) berakar kata dari bahasa Arab yaitu kata fahima (فهم) yang artinya ia telah paham atau ia telah tahu, yang mendapat tambahan huruf alif (ا), sin(س), dan ta (ت), menjadi istifhâmun (إستفهام) yang memiliki arti minta untuk diberitahukan.
Sedangkan menurut terminologi menurut pendapat Al-Hasyimi (1960:85) dan Al-Gulayayni (2007:91)mengemukakan pendapatnya seperti berikut:
الإستفهام هو طلب العلم بشئ لم يكن معلوما من قبل
 istifhâm adalah mengharapkan untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui sebelumnya”.
اسم الإستفهام هو اسم مبهم يستعلم به عن شيء
Istifhâm adalah kata yang samar maksudnya dipakai untuk mengetahui atau mencari kejelasan tentang sesuatu”.
Maksud dari pengertian kedua diatas: suatu ucapan yang dipergunakan untuk menanyakan sesuatu agar si penanya mengetahuinya.

B.      Adat Istifhâm
Adat Istifhâm atau alat kata tanya itu terdiri dari sebelas kata, yaitu al-hamzah (الهمزة) hal(هل), mâ (ما), man (من), matâ (متى), kaifa (كيف), aina (أين), ayyâna (أيّان), annâ (أنىّ), kam (كم), dan ayyu (أيّ).
1)     Al-hamzah (أ)
Hamzah digunakan untuk yang berakal, contohnya:  اَطَلَعَةِالشَمْشِ؟ (Apakah matahari telah terbit?).
2)     Hal (هل)
Hal digunakan juga untuk makhluk yang berakal, contoh:  هَلْ اَنْتَ زَيْدٌ؟(Apakah Engkau Zaid?).
3)     Man (من)
Man digunakan untuk menanyakan makhluk yang berakal. Contoh: مَنْ هذَالرَجُلُ؟ (Siapa laki-laki ini?).
4)     (ما)
Mâ ini digunakan untuk menanyakan sesuatu yang tidak berakal. Contohnya:  مَالْاِسْرَاف؟ (Berlebihankah itu?).
5)     Matâ (متى)
Matâ ini digunakan untuk menanyakan keterangan waktu (zaman waktu), baik yang lalu maupun yang akan datang. Contohnya:  مَتَى يَعُوْدُ الْمُسَافِرُوْنَ؟(Kapankah para musafir itu kembali?).
6)     Ayyâna (ايان),
Ayyâna ini digunakan untuk menanyakan keterangan waktu yang akan datang secara khusus, tetapi merupakan masa yang mengejutkan dan dikategorikan bersejarah, bukan masa yang lain. Contohnya:  يسأل أيان يوم القيامة(Ia bertanya, kapankah hari kiamat itu terjadi?).
7)     Kaifa (كيف)
Kaifa ini digunakan untuk menanyakan keterangan keadaan, menuntut menentukan suatu keadaan tertentu. Contoh:  كَيْفَ اَنْتَ؟ (bagaimana keadaan kamu?).
8)     Aina (أين)
Aina diguankan untuk menayakan keterangan tempat.Contoh: أَيْنَ الطَبِيْبَ؟ (Dimanakah dokter itu?)
9)     Anna (انى)
Annâ ini mempunyai tiga makna yang berbeda, yaitu:
a)     Bi ma’na kaifa. Contoh :  هذه الله بعد موتهايحي أنّ (bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?)  
b)     Bi ma’na min aina. Contoh: يا مريم انّى لكِ هذا (hai Maryam dari mana kamu memperoleh ini?)
c)      Bi ma’na matâ. Contohزد أنى شئت  

10)Kam (كم)
Kam ini digunakan untuk menanyakan keterangan jumlah.Contoh: كَمْ لَبِسْتُمْ؟ (berapa lama kalian tinggal?)
11)Ayyu (أي)
Ayyu ini digunakan untuk menanyakan dan menghendaki perbedaan antara salah satu dua hal yang berserikat dalam satu urusan yang meliputinya. Contoh:  اى الْفَرِقَيْنِ خَيْرٌ مَقَامًا(manakah diantara kedua golongan (kafir dan mukmin) yang lebih baik tempat tinggalnya?).




H.           Isim Maushũl

1.     Pengertian
Isim maushũl (Kata Sambung) adalah isim yang berfungsi untuk menghubungkan beberapa kalimat atau pokok pikiran menjadi satu kalimat. Maksudnya, bahwa setiap isim ma’rifat itu akan menjadi jelas bila bersambung dengan kalimat sesudahnya, yang dinamakan shilah. Shilah(anak kalimat) itu harus memiliki dhamir yang kembali pada isim maushul, yang dinamakan a’id. Dalam bahasa Indonesia, kata sambung semacam ini diwakili oleh kata: "yang". Bentuk asal atau dasar dari isim maushũl adalah: الَّذِيْ (yang).

2.     Pembagian isim maushũl
a)     Isim maushũl ismi
Isim maushũl ismi adalah isim maushũl isim yang selamanya butuh kepada shilah dan a’id.
Contoh : جَاءَ الَذِّي قَامَ اَبُوْهُ = telah datang seseorang yang ayahnya berdiri.
b)     Isim Maushũl Harfi
Isim maushũl harfi adalah semua hurũf yang dengan shilahnya di ta’wili dengan masdar.
1)     Hurũf  أنْ an dengan dibaca fathah, ini bisa masuk pada fi’il madli, fi’il mudlori’, fi’il Amar.
2)    Huruf أَنَّ “anna”
contoh= أَوَلَمۡ يَكۡفِهِمۡ أَنَّآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡڪِتَـٰبَ يُتۡلَىٰ عَلَيۡهِمۡ‌ۚ إِنَّ فِى ذَٲلِكَ لَرَحۡمَةً۬ وَذِڪۡرَىٰ لِقَوۡمٍ۬ يُؤۡمِنُون
3)     Huruf كَىْkai” hanya bisa masuk pada fi’il mudlori’ saja.
contoh= جِئْتُ لِكَىْ تُكْرِماَ زَيْداً saya datang supaya kamu  memuliakan atas Zaid
4)     Huruf مَا “mâ” ada yang berbentuk masdariyah dharfiyyah, dan ada yang masdariyah ghairu dharfiyyah.
Masdariyah dharfiyyah = لَااَصْحَبُكَ ماَ دُمْتَ مُنْطَلِقاً saya tidak bisa menemanimu selama kamu pergi
Masdariyah ghairu dharfiyyah = عجِبْتُ مِماَ ضَرَبْتَ زَيْداً saya heran tentang pukulanmu kepada Zaid
5)     Huruf لَوْ lau” huruf ini bisa masuk pada fi’il madli dan juga fi’il mudlori’.
Fi’il madli = وَدِدْتُ لَوْ قاَمَ زَيْدٌ  saya senang jika Zaid sudah berdiri
Fi’il mudlori’ = وَدِدْتُ لَوْ يَقُوْمُ زَيْدٌ  saya senang  jika Zaid berdiri

3.     Bentuk-bentuk isim maushũl

a)     Bentuk isim maushũl mufrad (tunggal) dan mutsanna (dua)
“Adapun isim mausũl yaitu الَّذِي (jenis laki; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil) dan untuk jenis (perempuan; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil) yaitu الَّتِي.
Contoh mufrad:
جَاءَ نِيْ الَذِّي قَامَ datang kepadaku seorang(laki-laki) yang berdiri”.
جَاءَ تْنِيْ الَذِّي قَامَ datang kepadaku seorang (perempuan) yang berdiri”.
Contoh mutsanna:
Mutsanna mahal rofa’ = جَاءَ  الَلذِّانِ  قَامَ ابُوْهُماَ telah datang dua orang yang ayah keduanya berdiri
Mutsanna mahal nashab =  رَاَيْتُ اللَّذَيْنِ  قَامَ ابُوْهُماَ saya melihat dua orang yang ayah keduanya berdiri
Mutsanna mahal jarr = مَرَرْتُ بِللَّتَيْنِ  قَامَ ابُوْهُماَ  saya bertemu dengan dua orang yang ayah keduanya berdiri

b)     Bentuk Isim Maushũl Jama’ (Banyak)
Jamak-nya lafadz الَّذِي adalah الألَى atau الَّذِيْنَ secara mutlak (baik untuk mahal rofa’, nashab dan jarr). Ada sebagian dialek orang Arab berbicara dengan menggunakan wawu ketika mahal Rofa’ (menjadi: اَلَّذُوْنَ ). Lafadz الَّتِي dijamakkan dengan menjadi اللاَّتِ atau اللاَّءِ. Ditemukan juga اللاَّءِ dihukumi seperti الَّذِيْنَ tapi jarang. Contoh:
Mahal rofa’ = جَاءَ نِيْ الَّذِّيْنَ قاَمُوْا datang kepadaku mereka yang semuanya berdiri
Mahal nashab = رَاَيْتُ الَّذِّيْنَ قاَمُوْا saya melihat mereka yang semuanya berdiri
Mahal jarr = مَرَرْتُ بِالَّذِّيْنَ قاَمُوْا saya bertemu dengan mereka yang semuanya berdiri
Mahal rofa’ بالوو = نَحْنُ اللَّذُوْنَ صَبَحُوْا الصَّبَاحَا  يَوْمَ النٌّحَيْلِ غاَرَةً مِلْحَاحَا kami datang diwaktu pagi-pagi sekali dihari peperangan di tanah Syam karena menggegerkan musuh juga kami sungguh menjelekkannya”.
c)      Bentuk Isim Maushũl Mutlaq (Umum)
Adapun isim mausũl مَنْ, مَا , dan أَلْ adalah menyamakan hukumnya dengan isim mausũl yang telah disebut sebelunnya. Contoh =جَاءَ نِيْ مَنْ  قَامَ، وَمَنْ  قَامَتْ،  وَمَنْ  قَامَا،  وَمَنْ  قَامَتَا، وَمَنْ  قَامُوْا، وَمَنْ قُمْنَ

d)     Bentuk Isim Maushũl Dza (ذَا)
Isim mausũl ذَا statusnya sama dengan isim mausũl مَا (dipakai untuk tunggal, dua, jamak, laki-laki dan perempuan), dengan syarat (1) ذَا jatuh sesudah ما istifham atau من istifham, (2); ذَا tidak dibatalkan didalam kalam (maksudnya: ذَا dan ما atau من tersebut, tidak dijadikan satu kata istifham (kata tanya).
Contoh = مَنْ ذاَ جَاءَكَ - مَاذاَ عِنْدَكَ siapa orang yang datang kepadamu” – “tidak ada orang yang disampingmu.

e)     Bentuk Shilah Isim Maushũl
Shilah yang tersambung oleh isim mausũl, biasanya terdiri dari jumlah atau shibhul jumlah (serupa jumlah).
Contoh =
 عِنْدَكَ جَاءَ نِيْ الَذِّي datang kepadaku seorang yang ada disampingmu
فِي الدَّرِ جَاءَ نِيْ الَذِّي datang kepadaku seorang yang didalam rumah”.
Bentuk sifat sharihah (isim fai’l atau isim maf’ul atau sifat musyabbah) merupakan shilah untuk isim mausũl الAl”, sedangkan shilah-nya yang berupa fi’il mu’rob (fi’il mudhori’) jarang adanya. Contoh:
Isim fa’il = جَاءَ نِيْ الضَّارِبٌ “datang kepadaku orang yang memukul”.
Isim maf’ul = جَاءَ نِيَ المَضْرُوبٌ datang kepadaku orang yang dimukul
Sifat musyabbihat = جَاءَ نِيْ الحَسَنُ وَجْهُهُ datang kepadaku orang yang memiliki wajah tampan”.

f)       Bentuk Isim Maushũl  Ayyun  (أَيٌّ) dan Shilahnya
Isim mausũl  أيّayyun” dihukumi seperti isim mausũl “ma” (bisa untuk mudzakkar, muannats, mufrod, mutsanna juga jama’) selagi tidak mudhaf dan shadar silah-nya (‘aid yang menjadi permulaan shilah) adalah berupa dhamir yang terbuang. Contoh=
يُعْجِبُنِي اَيٌ قَائِمٌ manakah orang yang berdiri yang telah mengagumkanku
يُعْجِبُنِي اَيٌهُمْ هُوَ قَائِمٌmanakah kaum yang telah mengherankanku yang mana dia orang yang berdiri
يُعْجِبُنِي اَيٌ هُوَ قَائِمٌmanakah orang yang telah mengherankanku yang mana dia orang yang berdiri”

g)     Bentuk Pembuangan Shadar Shilah (‘Aid Majrur)
Pembuangan ‘aid yang di-khafadkan atau dijarkan oleh kata sifat. Seperti lafadz أَنْتَ قَاضٍ ( takdirannya: أَنْتَ قَاضِيْه ) setelah fi’il amarnya lafadz قَضَى. Contoh=
فَاقْضِ مَا أَنْتَ قَاضٍ maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan..”(Q.S. Tha-Hâ: 72)
Demikian juga (sering membuang ‘aid pada shilah maushũl) yaitu ‘aid yang dijarkan oleh hurũf yang mengejarkan isim maushũlnya (dengan ‘amil yang seragam). Contoh=
مُـــرَّ بِــالَّذِي مَرَرْتُ (takdirannya: مُـــرَّ بِــالَّذِي مَرَرْتُ بِهِ) “berjalanlah kamu dengan orang yang mana saya telah bertemu.”